Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2019

Biasakanlah Menolong Sesama, Sekecil Apapun Pertolongan Itu

Sore ini aku galau sendirian di taman kecil sebuah mall. Baru saja membuka laptop untuk menulis, tiba-tiba seorang pria berkacamata menghampiriku. Ia mengaku mahasiswa Universitas Pancasila (UP). Ia berkeliling dari meja ke meja, berjualan bolpoin untuk menggalang dana sebuah acara organisasinya. “Kak boleh minta waktunya buat ngobrol sebentar?” Ia bertanya Aku mengangguk sambil tersenyum. Kemudian mempersilahkannya duduk. Ia mulai menyebutkan namanya, asal kampusnya, nama organisasinya, serta maksud dan tujuannya.  Setelah menjelaskan panjang lebar, akhirnya aku membeli sebuah bolpoin karakter. Kupilih bolpoin hijau dengan karakter baby groot, si makhluk akar mungil yang berhasil mengingatkanku pada seseorang yang entah bagaimana kabarnya sekarang. Melihat usaha mahasiswa itu, aku jadi teringat beberapa bulan silam, saat sedang freelance kerja sebagai tim survei di Bandara Soekarno Hatta. Sungguh, mencari responden tidak mudah. Tidak banyak orang yang mau diganggu w

Pentingnya Self Healing dan Memahami Diri Sendiri

Air mataku tiba-tiba merembes, tak bisa kutahan meskipun sedang berada dalam keramaian. Tapi aku tetap bodo amatan, lagi pula aku berada di tengah-tengah masyarakat metropolitan, tidak akan ada yang bertanya dan peduli dengan keadaan sekitarnya. Menyendiri, menangis dan menulis, itulah caraku menenangkan diri sendiri, ya self healing. Self healing itu penting banget, karena hidup kita tentu aja ga pernah lurus-lurus aja kan? Pasti ada masalah. Untuk bisa self healing tentu aja kita harus mengerti diri kita sendiri. Siapa kita? Apa tujuan hidup kita? Bagaimana mengontrol diri saat marah? Bagaimana menyembuhkan hati saat kecewa dan sedih? So here I am , duduk di kursi pelataran mall dengan gemerlap lampu taman, juga musik klasik yang memecah kesunyian, menyendiri di tengah keramaian malam ibu kota. Jari-jariku menari menekan keyboard laptop, mencurahkan semua isi hati. Menulis selalu bisa membuatku merasa lebih baik, setidaknya aku tidak perlu memendam rasa sedihku s

Problematika Perempuan, dari Kecantikan Hingga Pekerjaan

"Fera kamu gemuk banget sih, kurangin makannya dong!" ucap seniorku di kantor. Jleb , hatiku rasanya langsung tertusuk, tapi aku hanya tertawa dan berkata "Iya, siap Mami." Dengan segera aku masuk ke ruang kerjaku, menghindari pembicaraan yang bisa semakin panjang dan menyakitkan, tentu juga menahan malu karena di aula tadi cukup banyak orang. Sebelumnya, Mami juga pernah menyindir dengan perkataan yang lebih halus. Awalnya aku iseng menggoda Mami agar mau menggunakan kerudung, tapi ia malah menjawab "Ah elu nyuruh gue pake kerudung. Elu belum gue marahin aja pake baju gede-gede mulu, kayak orang hamil tau engga." Cukup jleb, ya tapi ga sakit hati juga hehe. Toh aku memang sering pakai baju yang longgar, dan emang pernah disangka hamil juga masa. :(   Pernah suatu ketika aku beli es alpukat kocok, sang ibu penjual tiba-tiba bertanya "Lagi hamil ya neng?" Aku jawab aja "Engga bu, saya aja belum nikah, hehe." Saat itu aku e

Mencicipi Gulai Tikungan (Gultik) Blok M

Cari kuliner malam dengan suasana asik? Coba deh kamu berjalan-jalan di sekitar kawasan Blok M. Ada gulai tikungan (Gultik) di sepanjang jalan Blok M. Lokasinya di perempatan Blok M, di sebrang Plaza Blok M dan Bakso Boedjangan. Suasana malam di sini rame banget, mirip di Malioboro, tapi KW 4 lah hehe. Bedanya di sini cuma ada Gultik dan beberapa jajanan lain aja, ga sebanyak di Malioboro. Ada beberapa penjual Gultik, kayaknya sih ini ownernya satu. Nah porsi nasinya segini gais, nanti gulainya langsung disiramin ke nasi. Satu porsi Gultik harganya Rp10.000. Porsinya ga terlalu banyak, mirip nasi kucing hehe. Untuk rasa menurutku standar aja sih, ga terlalu khas. Tapi dagingnya empuk, lumayan enak lah gulainya, apalagi ditambah kriuk-kriuk kerupuk dan guyuran sambel yang pedes mantap. Ada beragam sate juga di sini, dari mulai sate telor puyuh, sate ati ampela, sate paru, sampai sate telur ayam goreng. Kalau kalian ke sini pas lagi laper banget kayaknya

Bermalam di GG House Happy Valley Bogor

Di kesempatan kali ini aku mau menceritakan pengalamanku bermalam di GG House Happy Valley Bogor. Aku bermalam di villa ini saat mengikuti acara BRIDGE (Building Resilience of Indonesian Girls Agains Violent Extremism) yang diselenggarakan oleh Campaign dan Search for Common Ground. BRIDGE merupakan acara semacam training dan workshop gitu, diikuti oleh 20 orang peserta. SUASANA Konsep villa ini tradisional banget, lantainya masih menggunakan kayu. Berbagai aksesorisnya juga terbuat dari kayu, ada juga beberapa lukisan yang menggambarkan alam dan kebudayaan Indonesia. Pokoknya serasa kembali ke alam. Koleksi wayang di lantai atas Ruang tengah di depan kamar. Cocok buat ngumpul dan ngerumpi cantik Di sekitar kita banyak pepohonan jadi super adem. Selain itu ada sungai dan kolam di dekat sini, jadi kita bisa denger gemericik air dan rasanya benar-benar back to nature .  FASILITAS Namanya juga GG House, jadi konsepnya tentu aja seperti rumah gitu, ada dua lan

Menenun Rindu

Malam ini lagi-lagi kutenun rindu. Di tengah dinginnya udara Megamendung yang menusuk kulit dan tulangku. Ah, jarak memang selalu menyisakan rindu, bahkan di kala dekat pun aku tetap rindu. Tak peduli seramai apapun keadaan di sekelilingku, rindu tak pernah mau diajak bernegosiasi. Rindu tak segan-segan berubah menjadi rasa cemburu. Kabar buruknya, kecemburuan itu seringkali mengubahku menjadi pemarah dan kekanak-kanakan. Sebaliknya, ia tak pernah mau mencoba memahami kemauanku. Bukannya wanita selalu ingin dimengerti? Jika sudah emosi karena rindu, amarah tak pernah bisa kutahan jika melihat orang lain asyik bersamanya. Sedangkan aku terpisah dengan jarak dan terbelenggu rindu. Kini, aku baru menyadari bahwa aku sangatlah egois. Ah tapi cinta memang selalu egois. Ya, sungguh egois. Tapi egois adalah cara cinta menjaga. Bukankah kita semua takut kehilangan? Malam ini lagi-lagi kutenun rindu, untukmu. Semoga segera dapat kulihat wajahmu, juga mendengar kabar darimu, meski h

Makan dan Berfoto di Miss Unicorn Cafe Bekasi

Kamu pecinta unicorn? Kalau gitu jangan sampai melewatkan berkunjung ke Cafe Unicorn. Cafe Unicorn memang lagi hits di berbagai daerah, salah satunya kamu bisa temuin di daerah Jatisampurna, Bekasi. Selain menyediakan berbagai jenis makanan, Cafe Unicorn juga menyediakan spot foto yang bagus bagi pelanggan. Menu di cafe ini terbilang cukup mahal, tapi masih terjangkau, harganya kisaran 20-60 ribu. Tenang aja, rasanya enak dan ga mengecewakan kok, sesuai sama harganya. Ini beberapa menu yang aku pesen: Nasi goreng Ayam suwir sambal matah Spaghetti Kalau ke sini cocok banget bawa anak-anak kecil, karena di sekeliling kita banyak boneka-boneka unicorn. Ini di lantai 2 ya, ada spot foto yang lebih bagus lagi di lantai 3, hanya saja untuk ke lantai 3 kita harus menggunakan kaus kaki, karena lantainya pakai karpet, jadi buat menjaga kebersihan pengunjung harus memakai kaus kaki. Di lantai atas juga ada kasur unicorn dan tenda unicorn, lucu banget poko

The Lodge Maribaya, Recommended or Not?

Bandung memang banyak banget menyimpan destinasi wisata alam yang menyejukkan mata. Salah satu wisata yang cukup terkenal adalah The Lodge Maribaya. Tempat rekreasi yang berlokasi di Lembang ini menyajikan wisata alam ala pegunungan dengan pemandangan hutan pinus. Aku sendiri tertarik buat ke tempat ini karena teracuni oleh postingan orang-orang di instagram yang kece parah. Tapi ternyata pas berkunjung langsung ke sana sungguh jauh dari espektasi. Kenapa? Selain mahal, ga banyak yang bisa diesksplore di sini selain beberapa wahana yang hanya diperuntukkan untuk foto. Selain itu, jalan-jalan ke The Lodge Maribaya sungguh menguras kocek. Sungguh. Biaya masuk ke The Lodge Maribaya Rp35.000 perorang. Tapi ada pula beberapa paket misalnya Lodge Maribaya + Fairy Garden Rp45.000. Ada juga paket yang Rp75.000 (Lodge Maribaya + Fairy Garden + Foto 1 wahana). Di setiap paket ada diskon makan sebesar Rp10.000 yang bisa ditukar di beberapa stand makanan dan ada juga kupon untuk tukar susu seg

Tongseng Dekat Kalibata City yang Wajib Kamu Coba

Jakarta memang padat sesak dan dipenuhi polusi, tapi ia menjadi salah satu sarang kuliner yang tak boleh terlewatkan. Hmm, kamu lagi di sekitar Kalibata City? Kalau tiba-tiba lapar menghampiri di malam hari coba deh kamu pelesiran di Jl Kalibata Raya. Ada kuliner malam yang wajib banget kamu coba. Tongseng Mas Mul Solo. Tongseng ini asli enak banget sih, gurih banget rasanya, kuahnya kental dan legit, manisnya juga pas buat aku yang kurang suka masakan manis. Saking enaknya, gamau menyisakan kuahnya meskipun sesendok. Pokoknya pecinta tongseng ga boleh melewatkan kelezatan tongseng karya Mas Mul ini. Tampilannya emang sederhana, tapi rasanya bener-bener enggak mengecewakan. Dagingnya empuk dan matangnya juga pas. Mas Mul hanya menyediakan tongseng daging sapi, selain daging sapi, ada campuran kol dan tomat sayur juga di dalamnya. Harga tongsengnya pun masih sangat terjangkau. 25 ribu rupiah udah plus nasi dan krupuk bawang. Krupuknya ini emang udah include ya, kalau

Akan Kemana?

Abis ini kamu mau kemana? tanya Kajurku. Emm, nggak tau nih pak, masih bingung. Sebenernya mau langsung lanjut S2, tapi masih mikirin biaya, jawabku Kalau S2 enaknya di mana ya pak?, tanyaku UNPAD, jawabnya Kalau di UIN mending di pascasarjana atau di jurusan? Mending di UNPAD, jawabnya lagi Aku hanya mengangguk-ngangguk sambil tersenyum. Tidak lama kemudian aku keluar dari ruangan beliau ## Nanti abis lulus pondok mau kemana? Langsung lanjut S2? tanya Bu Lek Insyaallah, tapi kayaknya belum bisa semester ini, jawabku Terus semester ini mau ngapaian? Nyari pengalaman kerja dulu? Terus kapan S2 nya? kan katanya ngejar nikah 3 tahun lagi, ucapnya Aku hanya tersenyum, kehabisan kata2 untuk menjawabnya ## Kamu udah ga kuliah lagi kan? tanya Pak Lek Abis lulus pondok tinggal di mana? Belum tau, mungkin pulang, jawabku sambil senyum2 bingung Tapi lanjut S2 kan? Iya, insyaallah, jawabku Semua pertanyaan itu membuat tingkat kegalauanku semakin meningkat, jangankan menj

Harga Sebuah Percaya

Sudah sepekan sejak peristiwa itu terjadi, namun fikiran-fikiran buruk masih saja menghantui, sesekali air mata bahkan masih menetes membasahi pipi. Membuyarkan konsentrasiku yang seharusnya difokuskan pada tugas akhir.  Problematika yang sama, dengan orang yang sama, entah ini yang keberapa kalinya. Nahasnya, kali ini problematika yang kuhadapi berhasil menghancurkan fondasi kepercayaan yang sudah kubangun sebegitu kokohnya. Sulit sekali untuk dikembalikan. Entah kapan bisa sempurna seperti sedia kala. Pernahkah kau lihat sebuah cermin yang pecah? Bagaimana jika kau coba satukan? Meskipun kau sudah kumpulkan dan letakkan di tempatnya, bukankah selalu ada serpihan yang hilang dan tak bisa dikembalikan? Begitu pula kepercayaan, sesuatu yang sangat berharga yang tak bisa diukur dengan nilai. Aku sudah mencoba mengumpulkan bagian-bagian kepercayaan itu, namun tetap tak sempurna, ada serpihan yang hilang. Sayangnya, serpihan kepercayaan yang hilang itu kini berubah menjadi prasang

Muslimah Berolahraga, Boleh Ngga Sih?

Euforia Asian Games beberapa bulan lalu dirasakan oleh seluruh masyarakat dari berbagai kalangan, tidak terkecuali para perempuan. Mereka tidak hanya berperan sebagai pendukung, tetapi juga ikut berkontribusi dan menunjukkan kebolehannya. Para atlet perempuan Indonesia bahkan berhasil meraih medali emas dalam perhelatan Asian Games 2018, beberapa diantaranya Defia Rosmaniar (atlet taekwondo), Lindswell Kwok (atlet wushu), Tiara Andini Prastika (atlet sepeda gunung), Aries Susanti Rahayu (atlet panjat tebing), Aldila Sutjiadi (atlet tenis). Puspa Arumsari dan Sarah Tria Monita (atlet pencak silat). Ajang ini berhasil membuktikan bahwa perempuan tidak boleh dipandang sebelah mata. Mereka ternyata juga mampu berkontribusi dalam mengharumkan nama bangsa. Anggapan bahwa perempuan lebih lemah dari laki-laki tidak bisa diartikan secara general, karena beberapa perempuan bahkan bisa lebih kuat dari laki-laki. Perlombaan olahraga ternyata sudah muncul dari ratusan tahun lalu. Di ma

Apa itu Bahasa Betawi?

Sebelumnya aku udah pernah bahas tentang bahasa Betawi yang mulai tergerus zaman. Kali ini aku mau bahas tentang apa itu bahasa Betawi sendiri. Dari mana asal mulanya. Tulisan ini kayaknya nggak bakal langsung sempurna. Aku nulisnya bertahap, kalau ada ilmu baru tentang bahasa Betawi, nanti akan aku tambahin lagi. Bahasa Betawi adalah bahasa yang dituturkan oleh orang Betawi di daerah Jakarta dan sekitarnya. Anak dari bahasa Melayu ini merupakan bahasa kreol (pencampuran) yang didasarkan pada bahasa Melayu Pasar ditambah unsur bahasa Sunda, Jawa, Bali, Cina Selatan (terutama Hokkian), Arab, dan Eropa (terutama Belanda dan Portugis). Tidak ada struktur baku dalam bahasa Betawi dan Melayu, karena bahasa Betawi berkembang secara alami. Menurut sensus 1993, penutur bahasa Betawi sebanyak 2,7 jiwa.

Ikut Tren itu Norak

Sejak dulu aku ga suka ikut-ikutan tren yang berkembang di sekitarku, entah kenapa menurutku norak aja gitu. Aku malah selalu berusaha jadi anti mainstream hehe. Meskipun beberapa kali juga pernah mencoba ikut tren sih, karena kadang ikut tren itu perlu. Loh gimana sih tadi bilang norak sekarang bilang perlu, labil emang nih 😂 Makin kesini makin banyak tren yang berkembang di masyarakat, mulai dari fashion, style, makanan, sampai challange . Aku inget banget nih, dari zaman mondok dulu udah ada tren. Waktu masa-masa MTS ada tren kerudung sirob namanya, soalnya yang jualan namanya Teh Siti Robiah, jadi kita panggil Teh Sirob. Semenjak ada tren itu santri-santri jadi banyak yang beli kerudung ke Teh Sirob. Bagi Teh Sirob tentu aja hal itu menguntungkan. Tapi di sisi lain, santri-santri jadi ikut terbebani untuk ikut tren. Beli kerudung yang sebenernya bukan karena didasari oleh kebutuhan, tapi karena ikut tren, meskipun beberapa orang juga pasti beli kerudung itu karena alasan butuh

Diacc Malah Galau

Pintu ruangan kubuka perlahan, ada dua orang lelaki sedang bercengkrama. Ragu-ragu kumemasukinya, kututup kembali. Setelah memantapkan diri, akhirnya kuputuskan untuk masuk. "Tanda tangan kan?", ucap salah seorang laki-laki dari dalam ruangan "Ih nggak pak, saya mau nanya dulu", jawabku "Yaudah pokoknya kamu print dulu surat accnya, nanti kita diskusi abis ini" Mendengar jawaban itu, aku hanya bisa menelan ludah. Kemudian segera menghampiri dua kawanku di kafe cangkir untuk meminjam flashdisk. Langsung kuluapkan kepanikanku pada mereka. Rasanya itu sungguuuuuuh😭 Aku langsung melangkahkan kaki ke kopma, buru-buru takut dospemnya pulang. Tapi fotocopyan malah ga buka, akhirnya harus jalan jauh menuju pesanggrahan dan ngeprint di sana. Yah hidup memang butuh perjuangan. Begitu masuk langsung kusodorkan dua kertas acc, tanpa banyak kata dospemku langsung menandatanganinya. Sementara kutunggu obrolan dospemku dengan kawannya selesai, aku duduk sambil

Fitnah Itu Bernama Lelaki

Air mataku tak bisa lagi dibendung, bercucuran deras seperti gerimis yang sedang turun sore ini. Orang-orang yang berpapasan denganku mulai menatap heran. Bagaimana tidak, saat itu aku sedang berada di sebuah mall yang ramai, sendirian pula. Dengan segera aku keluar menyambut butiran air langit, berharap mata sembapku segera pudar didekap malam. Aku senang hujan turun, setidaknya ia bisa menyamarkan air mata yang berhasil melunturkan eye linerku. Dasar lemah, selalu berkoar-koar tentang perempuan hebat dan tegar, tapi diri sendiri masih lebih rapuh dari roti kering, diinjak sedikit sudah hancur berkeping-keping. Ujianku masih belum meningkat, masih di hal yang sama, menjadi bucin. Duh bucin, hina sekali dirimu, mau diperbudak hawa nafsu. Apa bedanya kau dengan hewan, tak menggunakan akal pikiran. Siap diperdaya oleh setan. Begitu pula dengan hari ini, entah tangisan ke berapa yang aku tumpahkan demi seorang lelaki. Sungguh ujian yang hingga kini belum bisa kulewati. Rasululla