Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2019

Apa itu Bahasa Betawi?

Sebelumnya aku udah pernah bahas tentang bahasa Betawi yang mulai tergerus zaman. Kali ini aku mau bahas tentang apa itu bahasa Betawi sendiri. Dari mana asal mulanya. Tulisan ini kayaknya nggak bakal langsung sempurna. Aku nulisnya bertahap, kalau ada ilmu baru tentang bahasa Betawi, nanti akan aku tambahin lagi. Bahasa Betawi adalah bahasa yang dituturkan oleh orang Betawi di daerah Jakarta dan sekitarnya. Anak dari bahasa Melayu ini merupakan bahasa kreol (pencampuran) yang didasarkan pada bahasa Melayu Pasar ditambah unsur bahasa Sunda, Jawa, Bali, Cina Selatan (terutama Hokkian), Arab, dan Eropa (terutama Belanda dan Portugis). Tidak ada struktur baku dalam bahasa Betawi dan Melayu, karena bahasa Betawi berkembang secara alami. Menurut sensus 1993, penutur bahasa Betawi sebanyak 2,7 jiwa.

Ikut Tren itu Norak

Sejak dulu aku ga suka ikut-ikutan tren yang berkembang di sekitarku, entah kenapa menurutku norak aja gitu. Aku malah selalu berusaha jadi anti mainstream hehe. Meskipun beberapa kali juga pernah mencoba ikut tren sih, karena kadang ikut tren itu perlu. Loh gimana sih tadi bilang norak sekarang bilang perlu, labil emang nih 😂 Makin kesini makin banyak tren yang berkembang di masyarakat, mulai dari fashion, style, makanan, sampai challange . Aku inget banget nih, dari zaman mondok dulu udah ada tren. Waktu masa-masa MTS ada tren kerudung sirob namanya, soalnya yang jualan namanya Teh Siti Robiah, jadi kita panggil Teh Sirob. Semenjak ada tren itu santri-santri jadi banyak yang beli kerudung ke Teh Sirob. Bagi Teh Sirob tentu aja hal itu menguntungkan. Tapi di sisi lain, santri-santri jadi ikut terbebani untuk ikut tren. Beli kerudung yang sebenernya bukan karena didasari oleh kebutuhan, tapi karena ikut tren, meskipun beberapa orang juga pasti beli kerudung itu karena alasan butuh

Diacc Malah Galau

Pintu ruangan kubuka perlahan, ada dua orang lelaki sedang bercengkrama. Ragu-ragu kumemasukinya, kututup kembali. Setelah memantapkan diri, akhirnya kuputuskan untuk masuk. "Tanda tangan kan?", ucap salah seorang laki-laki dari dalam ruangan "Ih nggak pak, saya mau nanya dulu", jawabku "Yaudah pokoknya kamu print dulu surat accnya, nanti kita diskusi abis ini" Mendengar jawaban itu, aku hanya bisa menelan ludah. Kemudian segera menghampiri dua kawanku di kafe cangkir untuk meminjam flashdisk. Langsung kuluapkan kepanikanku pada mereka. Rasanya itu sungguuuuuuh😭 Aku langsung melangkahkan kaki ke kopma, buru-buru takut dospemnya pulang. Tapi fotocopyan malah ga buka, akhirnya harus jalan jauh menuju pesanggrahan dan ngeprint di sana. Yah hidup memang butuh perjuangan. Begitu masuk langsung kusodorkan dua kertas acc, tanpa banyak kata dospemku langsung menandatanganinya. Sementara kutunggu obrolan dospemku dengan kawannya selesai, aku duduk sambil

Fitnah Itu Bernama Lelaki

Air mataku tak bisa lagi dibendung, bercucuran deras seperti gerimis yang sedang turun sore ini. Orang-orang yang berpapasan denganku mulai menatap heran. Bagaimana tidak, saat itu aku sedang berada di sebuah mall yang ramai, sendirian pula. Dengan segera aku keluar menyambut butiran air langit, berharap mata sembapku segera pudar didekap malam. Aku senang hujan turun, setidaknya ia bisa menyamarkan air mata yang berhasil melunturkan eye linerku. Dasar lemah, selalu berkoar-koar tentang perempuan hebat dan tegar, tapi diri sendiri masih lebih rapuh dari roti kering, diinjak sedikit sudah hancur berkeping-keping. Ujianku masih belum meningkat, masih di hal yang sama, menjadi bucin. Duh bucin, hina sekali dirimu, mau diperbudak hawa nafsu. Apa bedanya kau dengan hewan, tak menggunakan akal pikiran. Siap diperdaya oleh setan. Begitu pula dengan hari ini, entah tangisan ke berapa yang aku tumpahkan demi seorang lelaki. Sungguh ujian yang hingga kini belum bisa kulewati. Rasululla