Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2018

Akak

Mataku mulai membengkak karena terlalu sering begadang, ditambah dengan jadwal datang bulan yang datang tiba-tiba, perutku akhirnya keram dan seluruh badan mulai pegal-pegal Sebetulnya ada tiga undangan buka puasa bersama hari ini. Tapi sakit yang menyerang membuatku terkulai lemah di kamar, padahal ajakan buka puasanya sangat menarik, apalagi dengan teman sekelas yang sudah satu semester ini kami jarang bertemu. Selain tiga ajakan bukber itu, sebetulnya aku menunggu-nunggu kesempatan bertemu Akak hari ini, tapi sampai sore dia ngga juga ngajak ketemu. Sayangnya aku justru ngga berani nanya "Jadi jalan atau nggak?". Ya sebetulnya udah jelas jawabannya, kalau Akak ngga ngajak berarti ga jadi kan? Lagipula aku pun ngga puasa dan mungkin dia juga sibuk. Di samping itu, ga etis rasanya di bulan Ramadhan gini berduaan dengan lawan jenis, apalagi sampai buka puasa bareng. Padahal kan puasanya baik, tapi kalau buka puasa cuma berdua kurang etis juga sih. Jadi aku ta

Ibu dan Segala Kharismanya

Aku sedang duduk khusyuk di atas sajadah biruku, menunggu Bu Nyai keluar dari pintu rumahnya, tiba-tiba terdengar suara dari arah kiriku “Fer, request ya”. Request apa? Tanyaku Jangan lama-lama, ujarnya Iya, insyaallah. Balasku Tak lama kemudian, Ibu pun keluar dan kami shalat bersama Ibu Ini kali pertamaku shalat lebih depan dari Ibu, ibu berdiri tepat di samping kiriku, kakiku terasa gemetar, udara terasa lebih panas dari biasanya. Ah, aku selalu tidak pernah bisa biasa di hadapan ibu Di rakaat kelima, saat membaca surah al-Ma'un, otakku terasa blank, rasanya ayat-ayat surah tersebut bagai puzzle yang berpencar. Buyar sudah konsentrasi, suaraku mulai serak sambil terus mencari memori ayat terakhir.  Tak lama kemudian, jamaah di samping kananku mulai mengingatkan, membuatku semakin gugup, bukan malah mengingat potongan ayat yang hilang, aku malah tambah lupa, bahkan ayat sebelumnya Duh, itu kan hanya surah al-Ma'un, bagaimana bisa lupa, malu sekali

Terserah

Aroma hujan masih tersisa di ujung hidung, menyisakan malam syahdu dengan rintik-tintik gerimis. Seperti biasa, aku harus begadang semalaman menghadapi layar laptop, menyelesaikan tugas menulis dan desain yang semakin hari semakin menumpuk. Sementara kakak kelas di sana sudah mulai gencar mengirimkan pertanyaan-pertanyaan ke ponselku "Fer, pamflet udah? "Fer, Jangan lupa pamflet ya". Sebelum membukanya saja aku sudah tau apa isi pesan itu, membuatku membiarkan chatnya tak terbuka, berpura-pura tidak pegang hp selama beberapa jam. Rasanya mual sekali melihat kanvas kosong yang hanya dihiasi dengan beberapa kalimat, bahan mendesain pamflet malam ini. Inspirasi kosong, tak juga muncul, sedangkan jarum jam terus bergerak ke kanan. Mood burukku bertambah parah ketika seseorang menghampiri, mengatakan sesuatu yang tak mengenakkan hati. Aku yang sedang menyuap mie instan saat itu langsung kehilangan nafsu makan. Kutinggalkan mie itu hingga mendingin didekap udara malam.

Apa itu Jatuh Cinta?

Suatu hari seorang teman bertanya kepadaku “Fer, gimana sih rasanya jatuh cinta? Sampe lupa rasanya”. Aku yang ditanya hanya terdiam, bingung juga harus menjawab apa. Pertanyaan yang lucu sekaligus miris.  Lucu karena baru pertama kali pertanyaan semacam ini dilontarkan kepadaku, miris karena rupanya dia jomblo akut bertahun-tahun yang bahkan tidak tahu rasanya jatuh cinta. Aku hanya tertawa, teman lainnya menimpali “Bukannya kamu tau rasanya?”  “Ah biasa aja” jawabku sambil tertawa. Sejujurnya jatuh cinta sungguh bukan perkara biasa, dia bisa menguasai kerja otak, membuatnya bahagia atau justru sengsara. Hanya karena cinta kamu bisa tersenyum sepanjang waktu, namun karena cinta juga kamu bisa jatuh terpuruk, meninggalkan semua pekerjaanmu berminggu-minggu, kemudian hanya memikirkannya sepanjang waktu. Menurutku kamu adalah orang yang beruntung karena tidak sedang jatuh cinta, betapa indahnya menikmati hidup tanpa harus terbebani hanya karena terus memikirkannya. Ka