Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2020

Masa Lalu, Tak Pernah Lagi Berarti Bagiku

Betapa satu tahun dapat mengubah segalanya. Begitupun rasa. Bagiku masa lalu hanyalah sebuah jalan. Terkadang kita perlu melewatinya, tapi itu bukan tempat untuk singgah atau tempat untuk kembali. Betapapun ia meronta untuk memutar masa lalu. Aku tak akan pernah kembali. Biarlah itu menjadi sebuah memori perjalanan hidup. Bukan kisah untuk kuingat kembali. Semua kisah masa lalu sudah kusimpan rapat dalam box memori, bahkan kuncinya pun sudah kupendam dalam lautan terdalam. Perlahan ia bahkan menghilang ditelan samudera. Bagiku, masa lalu tak berarti lagi di hidupku. Ya, aku memang egois, tapi itulah caraku menjaga apa yang kumiliki saat ini. Karena aku sungguh tak ingin ia menjadi masa lalu di hidupku.

Es Krim Oen, Kuliner Jadoel Warisan Belanda di Malang

Liburan ke berbagai kota di Indonesia tentu tak lengkap tanpa wisata kuliner. Sebab setiap kota di Indonesia punya makanan khas masing-masing. Begitu pula dengan Malang. Nah buat pecinta es krim, toko Es Krim Oen bisa jadi salah satu destinasi wisata kuniler kamu nih.  Toko ini berlokasi di Jl. Jenderal Basuki Rahmat No 5, Kauman Kec Klojen, Kota Malang. Tidak jauh dari alun-alun Malang. Toko es krim Oen di Malang ini udah berdiri sejak 1930, masa-masa penjajahan dahulu. Dari segi rasa tergolong biasa aja sih. Bahkan es krimnya kerasa kayak es serut gitu, agak kasar dan kurang lembut kayak es krim umumnya. Mungkin karena mempertahankan rasa orisinilnya ya. Dan ketara banget sih pasti ini homemade. Harganya lumayan mahal menurutku, untuk kelas es krim yang rasanya B aja ya. Satu scoop es krim harganya Rp25.000, itu pun tanpa toping sama sekali. Untuk yang lebih bervariasi dan bertoping, harganya di atas 40K. Ini tampak dari bagian depan. Desain tokonya emang

Mungkin Kita Memang Tidak Cocok

"Mungkin kita emang ga cocok," kata-kata itu kembali keluar dari mulutnya. Entah untuk yang ke berapa kali. Sepertinya dia mulai lelah menghadapi sikapku. Ya, kita memang terlalu banyak perbedaan. Mungkin itu yang dia jadikan pertimbangan. Kita seringkali cekcok hanya karena masalah sepele. Sialnya akulah yang selalu menjadi pembawa masalah. Aku memang sering bersikap kekanak-kanakkan. Membesar-besarkan masalah yang sebenarnya sepele. Tapi aku bukan bermaksud mencari masalah, aku hanya ingin diperhatikan. Ya, kita memang terlalu banyak perbedaan. Dia selalu percaya diri, sedangkan aku selalu takut. Ia suka bicara di depan umum, sedangkan aku pengecut. Aku tak berbakat jadi pemimpin, tapi dia bisa. Aku selalu bergantung pada orang lain, sedangkan dia bisa menyelesaikan segala hal sendiri. Aku selalu banyak mengeluh dan berpikir, sedangkan dia selalu mengutamakan aksi. Dia selalu cuek, sedangkan aku selalu ingin diperhatikan. Aku selalu menimbang banyak hal dari kata2, seda