Langsung ke konten utama

Mungkin Kita Memang Tidak Cocok

"Mungkin kita emang ga cocok," kata-kata itu kembali keluar dari mulutnya. Entah untuk yang ke berapa kali. Sepertinya dia mulai lelah menghadapi sikapku.

Ya, kita memang terlalu banyak perbedaan. Mungkin itu yang dia jadikan pertimbangan. Kita seringkali cekcok hanya karena masalah sepele. Sialnya akulah yang selalu menjadi pembawa masalah. Aku memang sering bersikap kekanak-kanakkan. Membesar-besarkan masalah yang sebenarnya sepele. Tapi aku bukan bermaksud mencari masalah, aku hanya ingin diperhatikan.

Ya, kita memang terlalu banyak perbedaan. Dia selalu percaya diri, sedangkan aku selalu takut. Ia suka bicara di depan umum, sedangkan aku pengecut. Aku tak berbakat jadi pemimpin, tapi dia bisa. Aku selalu bergantung pada orang lain, sedangkan dia bisa menyelesaikan segala hal sendiri. Aku selalu banyak mengeluh dan berpikir, sedangkan dia selalu mengutamakan aksi. Dia selalu cuek, sedangkan aku selalu ingin diperhatikan. Aku selalu menimbang banyak hal dari kata2, sedangkan dia sangat jarang mengungkapkan rasa. Aku selalu banyak berkata, tapi dia tak pernah menilainya.

Kita memang banyak berbeda, juga tak bertitik temu. Masalahnya dia selalu memaksaku untuk menjadi dirinya. Dia selalu memintaku untuk mengerti posisi dan keinginannya. Tanpa kutahu, apakah dia sudah mengerti posisi dan keinginanku?
Dia selalu memaksaku untuk kuat menjalani hidup sendiri. Sedangkan aku terlalu pengecut di tengah rimba, selalu merengek ingin bersama, selalu banyak berpikir dan takut melangkah.

Sayangnya, aku tak mampu jadi dirinya. Aku terlalu lemah. Aku tak pernah mampu. Sedang dia sudah lelah memperjuangkan. Andai dia tahu, andai dia mengerti. Perbedaan bukan untuk dipertentangkan, melainkan supaya kita bisa saling menguatkan.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

As-Sam'iyyat

As-Sam’iyyaat Temen-temen pernah denger istilah As-sam’iyyat? Mungkin sebagian dari kita udah nggak asing lagi dengan istilah ini, As-Sam’iyyat merupakan perkara yang tidak dapat digambarkan dengan pancaindera manusia dan hanya dapat diketahui melalui al-quran dan al-hadis. Adapun perkara-perkara yang termasuk as-sam’iyyat adalah alam kubur, hari kiamat, malaikat, jembatan sirath, padang mahsyar, surga dan neraka. Bahkan, jin, dan setan juga merupakan perkara as-sam’iyyat karena kita tidak dapat melihatnya dengan kasat mata kecuali dengan kekuasaan Allah. Kita sebagai umat muslim wajib untuk meyakini akan adanya as-sam’iyyat walaupun hal tersebut hanya dapat kita dengar dari al-quran dan hadits. Dalil kewajiban beriman dengan perkara sam’iyat seperti yang Allah firmankan di dalam Al-quran : الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ “(yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebah

Ibnu Qutaibah dan Ilmu Musykil al-Qur’an: Dialektika antara Akal dan Teks

Pendahuluan Al-Qur’an telah diturunkan oleh Allah Swt dengan jelas dan terperinci, kandungannya benar dan jauh dari kesalahan. Apabila manusia yang membuat a l-Qur’an, tentu saja ada berbagai pertentangan di dalamnya. Sebagaimana firman Allah Swt dalam surat al -Nisa ayat 82: أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللَّهِ لَوَجَدُوا فِيهِ اخْتِلَافًا كَثِيرًا “ Maka apakah mereka tidak memperhatikan al- Qur ’ an? Kalau kiranya al- Qur ’ an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat i pertentangan yang banyak di dalamnya. ” (QS. Al-Nisa’: 82) Oleh karena itu, para ulama menggunakan kata “musykil” pada ilmu al-Qur’an ( musykil al-qur’an ), bukan mukhtalaf sebagaimana yang digunakan dalam pembahasan ilmu hadis ( mukhtalaf al-hadits ). Hal ini dikarenakan a l-Qur’an adalah haq , tidak ada pertentangan di dalamnya, berbeda dengan hadis yang masih bisa diperdebatkan. Meskipun demikian, tidak semua ayat a l-Qur’an dapat dipahami secara lang

Sunnah-Sunnah Sholat Menurut para Imam Madzhab

Shalat merupakan  kewajiban seorang muslim kepada Tuhannya, Allah. Ibadah inilah yang paling pertama akan dihisab di akhirat kelak, sebagaimana sabda Rasulullah Saw: إِنَّ أَوَّلَ مَايُحَاسَبُ بِهِ النَّاسُ بِهِ يَوْمَ القِيَامَةِ مِنْ أَعْمَالِهِمْ الصَّلاة “Sesungguhnya yang pertama kali akan dihisab dari amal perbuatan manusia pada hari kiamat adalah sholatnya.” Nah, sudahkah kita memahami betul perkara-perkara sholat? Kali ini saya akan berbagi sedikit ilmu yang pernah saya pelajari ketika belajar di TMI Pesantren Modern Daarul Uluum Lido dalam kitab “Al-Fiqhu ‘alaa Madzaahibil Arba’ah” (Imam Syafi’i, Imam Maliki, Imam Hanifah dan Imam Hanbali) karya Abdurrahman Al-Jaziri. Terkadang kita menyepelekan dan mengabaikan perkara-perkara sunnah dalam sholat, memang kita tidak berdosa jika meninggalkan perkara sunnah, namun hal ini tentu akan merugikan kita. Menurut Imam Syafi’i dan Hanbali Sesungguhnya barangsiapa yang meninggalkan sunnah-sunnah shalat, Allah SWT tidak membe