Langsung ke konten utama

Fitnah Itu Bernama Lelaki

Air mataku tak bisa lagi dibendung, bercucuran deras seperti gerimis yang sedang turun sore ini. Orang-orang yang berpapasan denganku mulai menatap heran. Bagaimana tidak, saat itu aku sedang berada di sebuah mall yang ramai, sendirian pula.

Dengan segera aku keluar menyambut butiran air langit, berharap mata sembapku segera pudar didekap malam. Aku senang hujan turun, setidaknya ia bisa menyamarkan air mata yang berhasil melunturkan eye linerku.

Dasar lemah, selalu berkoar-koar tentang perempuan hebat dan tegar, tapi diri sendiri masih lebih rapuh dari roti kering, diinjak sedikit sudah hancur berkeping-keping.

Ujianku masih belum meningkat, masih di hal yang sama, menjadi bucin. Duh bucin, hina sekali dirimu, mau diperbudak hawa nafsu. Apa bedanya kau dengan hewan, tak menggunakan akal pikiran. Siap diperdaya oleh setan.

Begitu pula dengan hari ini, entah tangisan ke berapa yang aku tumpahkan demi seorang lelaki. Sungguh ujian yang hingga kini belum bisa kulewati.

Rasulullah Saw pernah bersabda "Tidaklah aku tinggalkan fitnah yang lebih berbahaya dari fitnah wanita".

Secara tekstual hadis itu memang sangat mendiskreditkan perempuan, karena hanya perempuan saja yang disebutkan. Tapi bagiku, hadis itu bermakna umum, fitnah yang dimaksud adalah fitnah lawan jenis. Fitnah itu tidak hanya menjangkit laki-laki, tapi juga perempuan.

Teman sekelasku pernah bilang "Kalau lu belum bisa berhasil lewatin ujian lu saat ini, ya ujian lu ga akan naik, gitu-gitu aja". Ternyata itu benar, sejak lima tahun lalu, aku diberikan sebuah ujian, namun aku belum juga lulus dari ujian itu hingga saat ini.

Air mataku bercucuran hanya karena rindu. Sungguh air mata yang terbuang sia2, mana paham juga dia tentang rindumu. Sedangkan kau tiap hari memikirkannya, tak peduli saat sendiri atau bercengkrama dengan ribuan manusia.

Bukan itu saja penyakitku, cemburu, selalu saja begitu. Entah sejak kapan sifat ini muncul. Hingga pernah kutegur seseorang hanya karena cemburu yang begitu menggebu. Sungguh akalku sedang tak sehat, reputasiku langsung turun seketika.

Bukannya membaik, hubunganku dengan perempuan itu justru semakin memburuk, harga diriku jatuh seketika. Dianggap sebagai "perempuan pelabrak yang galak". Padahal saat menuliskan pesannya pun aku menangis2 dan ribuan kali meminta maaf, tanpa ucapan kasar sedikitpun.

Sedangkan dia? Mana paham dia dengan rasa cemburumu, sikapmu justru menjadi bahan olok2an. Menjadi bahan bercandaan komunitas kantor.

Kau tahu? Setiap hari kuberdoa agar dihilangkan dari penyakit ini, penyakit iri hati, penyakit cemburu, penyakit rindu. Namun penyakit ini belum juga hilang. Aku butuh obat, adakah sesuatu yang bisa mengobatiku?

Oh tuhan maafkan hambamu yang lemah iman ini, selalu dikuasai hawa nafsu diri. Aku terjangkit sakit dari sebuah fitnah. Fitnah itu bernama lelaki.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

As-Sam'iyyat

As-Sam’iyyaat Temen-temen pernah denger istilah As-sam’iyyat? Mungkin sebagian dari kita udah nggak asing lagi dengan istilah ini, As-Sam’iyyat merupakan perkara yang tidak dapat digambarkan dengan pancaindera manusia dan hanya dapat diketahui melalui al-quran dan al-hadis. Adapun perkara-perkara yang termasuk as-sam’iyyat adalah alam kubur, hari kiamat, malaikat, jembatan sirath, padang mahsyar, surga dan neraka. Bahkan, jin, dan setan juga merupakan perkara as-sam’iyyat karena kita tidak dapat melihatnya dengan kasat mata kecuali dengan kekuasaan Allah. Kita sebagai umat muslim wajib untuk meyakini akan adanya as-sam’iyyat walaupun hal tersebut hanya dapat kita dengar dari al-quran dan hadits. Dalil kewajiban beriman dengan perkara sam’iyat seperti yang Allah firmankan di dalam Al-quran : الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ “(yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebah

Ibnu Qutaibah dan Ilmu Musykil al-Qur’an: Dialektika antara Akal dan Teks

Pendahuluan Al-Qur’an telah diturunkan oleh Allah Swt dengan jelas dan terperinci, kandungannya benar dan jauh dari kesalahan. Apabila manusia yang membuat a l-Qur’an, tentu saja ada berbagai pertentangan di dalamnya. Sebagaimana firman Allah Swt dalam surat al -Nisa ayat 82: أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللَّهِ لَوَجَدُوا فِيهِ اخْتِلَافًا كَثِيرًا “ Maka apakah mereka tidak memperhatikan al- Qur ’ an? Kalau kiranya al- Qur ’ an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat i pertentangan yang banyak di dalamnya. ” (QS. Al-Nisa’: 82) Oleh karena itu, para ulama menggunakan kata “musykil” pada ilmu al-Qur’an ( musykil al-qur’an ), bukan mukhtalaf sebagaimana yang digunakan dalam pembahasan ilmu hadis ( mukhtalaf al-hadits ). Hal ini dikarenakan a l-Qur’an adalah haq , tidak ada pertentangan di dalamnya, berbeda dengan hadis yang masih bisa diperdebatkan. Meskipun demikian, tidak semua ayat a l-Qur’an dapat dipahami secara lang

Sunnah-Sunnah Sholat Menurut para Imam Madzhab

Shalat merupakan  kewajiban seorang muslim kepada Tuhannya, Allah. Ibadah inilah yang paling pertama akan dihisab di akhirat kelak, sebagaimana sabda Rasulullah Saw: إِنَّ أَوَّلَ مَايُحَاسَبُ بِهِ النَّاسُ بِهِ يَوْمَ القِيَامَةِ مِنْ أَعْمَالِهِمْ الصَّلاة “Sesungguhnya yang pertama kali akan dihisab dari amal perbuatan manusia pada hari kiamat adalah sholatnya.” Nah, sudahkah kita memahami betul perkara-perkara sholat? Kali ini saya akan berbagi sedikit ilmu yang pernah saya pelajari ketika belajar di TMI Pesantren Modern Daarul Uluum Lido dalam kitab “Al-Fiqhu ‘alaa Madzaahibil Arba’ah” (Imam Syafi’i, Imam Maliki, Imam Hanifah dan Imam Hanbali) karya Abdurrahman Al-Jaziri. Terkadang kita menyepelekan dan mengabaikan perkara-perkara sunnah dalam sholat, memang kita tidak berdosa jika meninggalkan perkara sunnah, namun hal ini tentu akan merugikan kita. Menurut Imam Syafi’i dan Hanbali Sesungguhnya barangsiapa yang meninggalkan sunnah-sunnah shalat, Allah SWT tidak membe