Air mataku tak bisa lagi dibendung, bercucuran deras seperti gerimis yang sedang turun sore ini. Orang-orang yang berpapasan denganku mulai menatap heran. Bagaimana tidak, saat itu aku sedang berada di sebuah mall yang ramai, sendirian pula.
Dengan segera aku keluar menyambut butiran air langit, berharap mata sembapku segera pudar didekap malam. Aku senang hujan turun, setidaknya ia bisa menyamarkan air mata yang berhasil melunturkan eye linerku.
Dasar lemah, selalu berkoar-koar tentang perempuan hebat dan tegar, tapi diri sendiri masih lebih rapuh dari roti kering, diinjak sedikit sudah hancur berkeping-keping.
Ujianku masih belum meningkat, masih di hal yang sama, menjadi bucin. Duh bucin, hina sekali dirimu, mau diperbudak hawa nafsu. Apa bedanya kau dengan hewan, tak menggunakan akal pikiran. Siap diperdaya oleh setan.
Begitu pula dengan hari ini, entah tangisan ke berapa yang aku tumpahkan demi seorang lelaki. Sungguh ujian yang hingga kini belum bisa kulewati.
Rasulullah Saw pernah bersabda "Tidaklah aku tinggalkan fitnah yang lebih berbahaya dari fitnah wanita".
Secara tekstual hadis itu memang sangat mendiskreditkan perempuan, karena hanya perempuan saja yang disebutkan. Tapi bagiku, hadis itu bermakna umum, fitnah yang dimaksud adalah fitnah lawan jenis. Fitnah itu tidak hanya menjangkit laki-laki, tapi juga perempuan.
Air mataku bercucuran hanya karena rindu. Sungguh air mata yang terbuang sia2, mana paham juga dia tentang rindumu. Sedangkan kau tiap hari memikirkannya, tak peduli saat sendiri atau bercengkrama dengan ribuan manusia.
Bukan itu saja penyakitku, cemburu, selalu saja begitu. Entah sejak kapan sifat ini muncul. Hingga pernah kutegur seseorang hanya karena cemburu yang begitu menggebu. Sungguh akalku sedang tak sehat, reputasiku langsung turun seketika.
Bukannya membaik, hubunganku dengan perempuan itu justru semakin memburuk, harga diriku jatuh seketika. Dianggap sebagai "perempuan pelabrak yang galak". Padahal saat menuliskan pesannya pun aku menangis2 dan ribuan kali meminta maaf, tanpa ucapan kasar sedikitpun.
Sedangkan dia? Mana paham dia dengan rasa cemburumu, sikapmu justru menjadi bahan olok2an. Menjadi bahan bercandaan komunitas kantor.
Kau tahu? Setiap hari kuberdoa agar dihilangkan dari penyakit ini, penyakit iri hati, penyakit cemburu, penyakit rindu. Namun penyakit ini belum juga hilang. Aku butuh obat, adakah sesuatu yang bisa mengobatiku?
Oh tuhan maafkan hambamu yang lemah iman ini, selalu dikuasai hawa nafsu diri. Aku terjangkit sakit dari sebuah fitnah. Fitnah itu bernama lelaki.
Dengan segera aku keluar menyambut butiran air langit, berharap mata sembapku segera pudar didekap malam. Aku senang hujan turun, setidaknya ia bisa menyamarkan air mata yang berhasil melunturkan eye linerku.
Dasar lemah, selalu berkoar-koar tentang perempuan hebat dan tegar, tapi diri sendiri masih lebih rapuh dari roti kering, diinjak sedikit sudah hancur berkeping-keping.
Ujianku masih belum meningkat, masih di hal yang sama, menjadi bucin. Duh bucin, hina sekali dirimu, mau diperbudak hawa nafsu. Apa bedanya kau dengan hewan, tak menggunakan akal pikiran. Siap diperdaya oleh setan.
Begitu pula dengan hari ini, entah tangisan ke berapa yang aku tumpahkan demi seorang lelaki. Sungguh ujian yang hingga kini belum bisa kulewati.
Rasulullah Saw pernah bersabda "Tidaklah aku tinggalkan fitnah yang lebih berbahaya dari fitnah wanita".
Secara tekstual hadis itu memang sangat mendiskreditkan perempuan, karena hanya perempuan saja yang disebutkan. Tapi bagiku, hadis itu bermakna umum, fitnah yang dimaksud adalah fitnah lawan jenis. Fitnah itu tidak hanya menjangkit laki-laki, tapi juga perempuan.
Teman sekelasku pernah bilang "Kalau lu belum bisa berhasil lewatin ujian lu saat ini, ya ujian lu ga akan naik, gitu-gitu aja". Ternyata itu benar, sejak lima tahun lalu, aku diberikan sebuah ujian, namun aku belum juga lulus dari ujian itu hingga saat ini.
Air mataku bercucuran hanya karena rindu. Sungguh air mata yang terbuang sia2, mana paham juga dia tentang rindumu. Sedangkan kau tiap hari memikirkannya, tak peduli saat sendiri atau bercengkrama dengan ribuan manusia.
Bukan itu saja penyakitku, cemburu, selalu saja begitu. Entah sejak kapan sifat ini muncul. Hingga pernah kutegur seseorang hanya karena cemburu yang begitu menggebu. Sungguh akalku sedang tak sehat, reputasiku langsung turun seketika.
Bukannya membaik, hubunganku dengan perempuan itu justru semakin memburuk, harga diriku jatuh seketika. Dianggap sebagai "perempuan pelabrak yang galak". Padahal saat menuliskan pesannya pun aku menangis2 dan ribuan kali meminta maaf, tanpa ucapan kasar sedikitpun.
Sedangkan dia? Mana paham dia dengan rasa cemburumu, sikapmu justru menjadi bahan olok2an. Menjadi bahan bercandaan komunitas kantor.
Kau tahu? Setiap hari kuberdoa agar dihilangkan dari penyakit ini, penyakit iri hati, penyakit cemburu, penyakit rindu. Namun penyakit ini belum juga hilang. Aku butuh obat, adakah sesuatu yang bisa mengobatiku?
Oh tuhan maafkan hambamu yang lemah iman ini, selalu dikuasai hawa nafsu diri. Aku terjangkit sakit dari sebuah fitnah. Fitnah itu bernama lelaki.
Bucin kau
BalasHapusDuh sesama bucin jangan saling menghina ya haha
BalasHapus