Langsung ke konten utama

THE NOTES FROM MADINAH

Tak terasa waktu ini berjalan begitu cepat, 6 tahun yang lalu kita masih bersama di sebuah pesantren tercinta. Kini tiba saatnya kalian untuk wisuda. Ustadz sangat senang dan bersyukur kepada Allah, ketika mendengar teman-teman semua akan diwisuda. Tentunya, ini adalah nikmat besar yang Allah berikan dan patut kita syukuri. Berapa banyak teman-teman yang dulu bersama ketika awal masuk, namun ia tidak bisa menyelesaikan belajarnya hingga wisuda.

Ketahuilah wahai muridku! Bahwa lulus dari pesantren bukanlah akhir dari tujuan kita. Bahkan, ini adalah batu pijakan pertama untuk menempuh kehidupan panjang dan penuh ujian. Ilmu yang dipelajari di pesantren belumlah cukup untuk bekal kita di dunia dan akhirat. Oleh karenanya, teruslah belajar dan menuntut ilmu sebanyak-banyaknya!. 

Pelajarilah ilmu agama dengan cara yang benar, sesuai dengan Al-Qur’an dan Sunnah, serta pemahaman para sahabat dan ulama setelahnya. Kemudian berpegang tegunglah dengannya. Niscaya kau tidak akan tersesat di dunia. Amalkanlah ilmu yang kau pelajari dan ajarkanlah kepada orang lain! Karena, itulah tabunganmu yang akan terus mengalir hingga akhir kelak. 

Bergaullah dengan orang shalih dan jauhilah teman-teman yang buruk! Karena manusia cenderung mengikuti tabiat temannya.  

Berbaktilah pada kedua orang tua dan perbanyaklah berbuat baik kepadanya. Karena surga itu berada pada keridho’annya. Janganlah sesekali kau menyakitinya! Karena itu merupakan dosa besar dan membuat hidupmu takkan bahagia. 

Jagalah Hijab dan Auratmu! Karena disitulah letak kecantikanmu. Jadilah wanita shalihah yang selalu menjaga kesuciannya dan agamanya! Karena itulah sebaik-baik perhiasan dunia. Janganlah kau berpacaran dan jalin hubungan dengan lelaki sebelum kau menikah. Karena hal tersebut adalah dosa besar dan sangat berbahaya. Meski terkadang mendapat ejekan dari orang lain, namun bersabarlah dan tetap istiqomah hinggal tiba saatnya kau tuk menikah! Jadilah seperti bunga mawar yang berada di tepi jurang! Indah dilihat dan sukar didapat. Hanya lelaki shalih dan beranilah yang dapat memetiknya.

Meski tak mampu menghadiri wisuda kalian, ustadz selalu mendoakan semoga Allah memberkahi di manapun kalian berada, dan memberikan taufiq serta hidayah dalam segala kebaikan yang Allah cintai dan ridhoi. 

 Al-Madinah An-Nabawiyyah, 18 Mei 2013 Ahmad Yusdi Gozaly

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Klasifikasi Hadith Berdasarkan Jumlah Perawi dan Cara Penyampaiannya

BAB I PENDAHULUAN                    I.             Latar Belakang Hadits merupakan pedoman hidup yang utama setelah Al-Qur’an, maka dari mempelajarinya merupakan suatu kebutuhan. Untuk memahami hadits diperlukan adanya ilmu dasar yang disebut dengan Mustholah Hadits. Berbeda dengan Al-Qur’an yang bersifat qoothi’ul  wuruud, hadits bersifat dzhonniyul wuruud , sehingga hadits memiliki derajat yang berbeda-beda. Salah satu pembahasan dalam ilmu hadits adalah klasifikasi hadits berdasarkan jumlah perawi yang meriwayatkannya. Semakin banyak periwayat yang meriwayatkan, maka semakin besar juga kemungkinan Klasifikasi ini dibagi menjadi dua, yaitu hadits yang mutawatir dan hadits ahad . Hadits ahad terbagi lagi menjadi tiga yaitu masyhur , aziz dan ghorib. Adanya klasifikasi ini untuk membantu ulama hadits dalam menentukan apakah k...

Ibnu Qutaibah dan Ilmu Musykil al-Qur’an: Dialektika antara Akal dan Teks

Pendahuluan Al-Qur’an telah diturunkan oleh Allah Swt dengan jelas dan terperinci, kandungannya benar dan jauh dari kesalahan. Apabila manusia yang membuat a l-Qur’an, tentu saja ada berbagai pertentangan di dalamnya. Sebagaimana firman Allah Swt dalam surat al -Nisa ayat 82: أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللَّهِ لَوَجَدُوا فِيهِ اخْتِلَافًا كَثِيرًا “ Maka apakah mereka tidak memperhatikan al- Qur ’ an? Kalau kiranya al- Qur ’ an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat i pertentangan yang banyak di dalamnya. ” (QS. Al-Nisa’: 82) Oleh karena itu, para ulama menggunakan kata “musykil” pada ilmu al-Qur’an ( musykil al-qur’an ), bukan mukhtalaf sebagaimana yang digunakan dalam pembahasan ilmu hadis ( mukhtalaf al-hadits ). Hal ini dikarenakan a l-Qur’an adalah haq , tidak ada pertentangan di dalamnya, berbeda dengan hadis yang masih bisa diperdebatkan. Meskipun demikian, tidak semua ayat a l-Qur’an dapat dipahami secara lang...

Sunnah-Sunnah Sholat Menurut para Imam Madzhab

Shalat merupakan  kewajiban seorang muslim kepada Tuhannya, Allah. Ibadah inilah yang paling pertama akan dihisab di akhirat kelak, sebagaimana sabda Rasulullah Saw: إِنَّ أَوَّلَ مَايُحَاسَبُ بِهِ النَّاسُ بِهِ يَوْمَ القِيَامَةِ مِنْ أَعْمَالِهِمْ الصَّلاة “Sesungguhnya yang pertama kali akan dihisab dari amal perbuatan manusia pada hari kiamat adalah sholatnya.” Nah, sudahkah kita memahami betul perkara-perkara sholat? Kali ini saya akan berbagi sedikit ilmu yang pernah saya pelajari ketika belajar di TMI Pesantren Modern Daarul Uluum Lido dalam kitab “Al-Fiqhu ‘alaa Madzaahibil Arba’ah” (Imam Syafi’i, Imam Maliki, Imam Hanifah dan Imam Hanbali) karya Abdurrahman Al-Jaziri. Terkadang kita menyepelekan dan mengabaikan perkara-perkara sunnah dalam sholat, memang kita tidak berdosa jika meninggalkan perkara sunnah, namun hal ini tentu akan merugikan kita. Menurut Imam Syafi’i dan Hanbali Sesungguhnya barangsiapa yang meninggalkan sunnah-sunnah shalat, Allah SWT tidak m...