Pandanganku tertuju pada buku catatan usang di sebuah rak berwarna abu. Dari sekian banyak buku-buku di sana, entah mengapa aku tertarik untuk membaca buku itu. Kuperhatikan sampul buku tersebut, ada beberapa potret foto pemiliknya, foto yang diambil sekitar tahun 2011 hingga 2012.
Lembaran-lembaran berisi catatan enam tahun silam tersusun rapi di halaman depan. Catatan tentang keluh kesah seorang remaja yang mulai beranjak dewasa. Ya, terutama puisi dan beberapa kisah asmara, sepertinya itu cinta pertamanya. Ada pula beberapa surat yang sepertinya ditulis oleh seseorang yang disukainya itu. Duh, sungguh kisah asmara anak santri yang masih menggunakan surat sebagai media hehe.
Catatan itu lumayan banyak, namun tetap saja kulahap kata demi kata. Kucoba memahami perasaan sang penulis. Di antara beberapa kisah, ada satu judul yang menarik perhatianku, kurang lebih seperti ini "Tuhan, Ajari Aku Cinta". Sebuah catatan tentang bagaimana sang penulis memaknai cinta.
Bagaimana kegelisahannya menghadapi benih-benih cinta yang muncul kepada lawan jenisnya. Duh sungguh indah bukan? Merasakan bagaimana cinta pertama muncul, sebuah rasa aneh yang tak pernah ada sebelumnya.
Sedangkan aku? Hingga kini aku pun tak tahu bagaimana mendefinisikan cinta. Bahkan tak tahu pula kepada siapa cinta pertamaku berlabuh. Seakan hati ini tak pernah merasakan apa-apa, atau pernah merasakan tapi hilang, lupa begitu saja. Padahal ada pepatah mengatakan "cinta pertama sulit dilupakan".
Aku pernah menjalin hubungan, tapi aku belum yakin apa memang itu cinta? Bukankah aku selalu menolak jika dia memintaku memasang fotonya? Atau menjalani hubungan yang terkesan "mau gamau", bahkan sekedar mendoakannya di hadapan tuhan. Atau itu hanya hubungan yang aku pertahankan karena tak ingin menyakitinya dan keluarganya?. Apakah cinta harus begitu? Tapi bukankah cinta tak bisa dipaksakan?
Ah, apa pula kau bicara tentang cinta. Memangnya kau paham
Setelah membaca catatan usang itu, aku kembali bertanya-tanya "Apakah yang kini kurasakan adalah cinta yang sesungguhnya?" "Bukankah aku terlalu jauh dari kriteria cinta yang dicirikan sang penulis?"
Ya, memang terlalu jauh :(
Lalu, apakah itu cinta?
Kau tahu, aku tak mengerti cinta, meskipun bibir ini pernah mengucapkannya.
Jika kau mendapati sikapku berubah, ketahuilah bahwa sesungguhnya rasaku tak pernah berubah. Karena kuingin memiliki cinta seperti yang dituliskan dalam catatan usang itu. Sebuah definisi cinta yang ditulis oleh seorang remaja yang bahkan belum genap berkepala dua, seorang remaja yang meminta diajarkan cinta kepada tuhannya, seorang remaja yang mencoba mendefinisikan cinta.
Hai, semoga kau pun menemukan dan membaca catatan itu. Biar kita bisa berfikir bersama "Apakah ini cinta?"
Komentar
Posting Komentar