Langsung ke konten utama

Kisah Karomah Gus Dur

Beberapa kiai atau ulama seringkali dianggap memiliki karomah atau kelebihan tertentu di luar nalar manusia, tidak terkecuali Gus Dur. Siapa sangka presiden RI keempat ini memiliki kisah unik di balik karirnya menjadi orang nomor satu.

Saat memperingati satu windu haul Gus Dur pada 22 Desember 2017 lalu, Dra. Khofifah Indar Parawansa, Menteri Sosial Indonesia menceritakan kisah “keajaiban” putra K.H Wahid Hasyim ini.

Ketika pertanggungjawaban Presiden BJ Habibi ditolak sekitar pukul 00.00 WIB, setengah jam kemudian Gus Dur menelpon Dra. Khafifah yang saat itu menjabat sebagai sekretaris Fraksi MPR. “Mba Khofifah, saya mau nyalon jadi presiden”, ujarnya melalui pesawat telepon.

Sontak saja perempuan asal Surabaya ini kaget dan kebingungan bukan main. Bagaimana tidak, saat itu sudah pukul 00.30 WIB, beberapa jam lagi pendaftaran calon presiden akan ditutup, tepatnya pukul 07.00 WIB. Sedangkan persyaratan belum diurus sama sekali.

Diantara surat-surat yang harus diajukan sebagai persyaratan mencalonkan diri sebagai presiden adalah Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK) yang dikeluarkan oleh Kapolres Jakarta Selatan, surat keterangan tidak sedang dipidana yang dikeluarkan oleh Pengadilan Negeri, dan surat Keterangan Tidak Pailit / Tidak Berperkara (SKBP) yang dikeluarkan oleh Pengadilan Niaga.

Jika kita fikirkan, mana mungkin bisa mengurus surat-surat tersebut dalam jangka waktu yang sangat singkat, apalagi saat itu kantor-kantor pun sudah tutup. Sekitar pukul 04.00 WIB, surat-surat selesai disiapkan. Yang ajaib, semua surat itu Gus Dur sendiri yang menandatangani dengan pernyataan “Saya Abdurrahman Wahid, Asal Ciganjur menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa saya berkelakuan baik”.

Begitu pula dengan surat kedua dan ketiga yang berisi pernyataannya sendiri bahwa ia tidak sedang dipidana dan tidak sedang pailit. Lalu, pukul 06.30 WIB, Dra Khafifah dengan ditemani satu rekannya langsung mendaftarkan Gus Dur sebagai presiden.

Jam 10 WIB sidang umum MPR yang dipimpin oleh Amin Rais dimulai, saat itu Amin Rais mengumumkan bahwa calon presiden RI tahun 1999 adalah pertama K.H Abdurrahman Wahid, kedua Megawati Soekarno Putri dan ketiga Prof. Dr Yusril Irza Mahendra. Namun Prof. Dr Yusril kemudian mengundurkan diri.

Setelah sidang umum dibuka, sekjen MPR segera ditugaskan untuk melakukan verifikasi data-data calon presiden. Selama 30 menit sekjen MPR memverfikasi, akhirnya hasilnya pun keluar, tanpa disangka-sangka sekjen MPR menyatakan bahwa persyaratan KH Abdurrahman Wahid semuanya lengkap.

Akhirnya naiklah dua calon presiden, yaitu K.H Abdurrahman Wahid dan Megawati Soekarno Putri. Setelah melakukan pemilihan, K.H Abdurrahman Wahid lah yang terpilih menjadi presiden.
Pukul 14.00 WIB Gus Dur kembali menelpon Dra. Khafifah “Mba Khofifah, tolong siapkan calon wakil presiden 5 orang, salah satunya Bu Mega, nanti kira-kira jam setengah 3 saya telpon sampeyan, siapa kira-kira yang akan kita calonkan menjadi presiden”. ujarnya

Tepat pukul 14.30 WIB, Gus Dur kembali menelpon dan menyatakan bahwa Megawati lah yang akan diusungkan menjadi calon presiden. Dengan segera Dra. Khafifah mendatangi pengurus PDIP untuk mengajukan Megawati sebagai presiden dan meminta persyaratannya. Namun tidak ada satu pun pengurus PDIP yang berkenan memberikan persyaratannya, karena PDIP hanya mencalonkan Megawati sebagai calon wakil presiden, bukan wakil presiden.

Dengan nekat Dra. Khafifah mendaftarkan Megawati Soekarno Putri sebagai calon wakil presiden tanpa membawa persyaratan apapun. Setibanya di sana, petugas administrasi bertanya “Ibu kan mendaftarkan calon wakil presiden, mana persyaratannya kelengkapannya?”

Dengan enteng Dra Khafifah menjawab “Loh kan kemarin Bu Mega sudah menyerahkan persyaratan ketika mencalonkan diri sebagai calon presiden, berarti persyaratannya sama persis seperti kemarin”

“Hari itu ternyata panitia pendaftaran calon wakil presiden bisa menerima alasan saya. Jadi kalau mau menambahkan tanda-tanda bukti kewalian Gus Dur ya pada saat beliau mencalonkan diri sebagai presiden ini”, kenang Dra Khafifah.

Saat itu satu-satunya fraksi yang mengusungkan Megawati sebagai calon wakil presiden hanya Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Namun akhirnya Megawati Soekarno Putri pun menjadi wakil presiden.

Kejadian ini tentu saja tidak bisa terjadi pada sembarang orang. Kalaulah bukan karena pertolongan Allah Swt tentu saja Gus Dur tidak akan dicatat dalam sejarah sebagai presiden keempat Republik Indonesia. Ini baru satu kisah karomah Gus Dur, masih banyak lagi kisah-kisah beliau yang patut kita jadikan teladan.

Wallahu a’lam bisshowab

Komentar

Postingan populer dari blog ini

As-Sam'iyyat

As-Sam’iyyaat Temen-temen pernah denger istilah As-sam’iyyat? Mungkin sebagian dari kita udah nggak asing lagi dengan istilah ini, As-Sam’iyyat merupakan perkara yang tidak dapat digambarkan dengan pancaindera manusia dan hanya dapat diketahui melalui al-quran dan al-hadis. Adapun perkara-perkara yang termasuk as-sam’iyyat adalah alam kubur, hari kiamat, malaikat, jembatan sirath, padang mahsyar, surga dan neraka. Bahkan, jin, dan setan juga merupakan perkara as-sam’iyyat karena kita tidak dapat melihatnya dengan kasat mata kecuali dengan kekuasaan Allah. Kita sebagai umat muslim wajib untuk meyakini akan adanya as-sam’iyyat walaupun hal tersebut hanya dapat kita dengar dari al-quran dan hadits. Dalil kewajiban beriman dengan perkara sam’iyat seperti yang Allah firmankan di dalam Al-quran : الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ “(yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebah

Ibnu Qutaibah dan Ilmu Musykil al-Qur’an: Dialektika antara Akal dan Teks

Pendahuluan Al-Qur’an telah diturunkan oleh Allah Swt dengan jelas dan terperinci, kandungannya benar dan jauh dari kesalahan. Apabila manusia yang membuat a l-Qur’an, tentu saja ada berbagai pertentangan di dalamnya. Sebagaimana firman Allah Swt dalam surat al -Nisa ayat 82: أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللَّهِ لَوَجَدُوا فِيهِ اخْتِلَافًا كَثِيرًا “ Maka apakah mereka tidak memperhatikan al- Qur ’ an? Kalau kiranya al- Qur ’ an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat i pertentangan yang banyak di dalamnya. ” (QS. Al-Nisa’: 82) Oleh karena itu, para ulama menggunakan kata “musykil” pada ilmu al-Qur’an ( musykil al-qur’an ), bukan mukhtalaf sebagaimana yang digunakan dalam pembahasan ilmu hadis ( mukhtalaf al-hadits ). Hal ini dikarenakan a l-Qur’an adalah haq , tidak ada pertentangan di dalamnya, berbeda dengan hadis yang masih bisa diperdebatkan. Meskipun demikian, tidak semua ayat a l-Qur’an dapat dipahami secara lang

Sunnah-Sunnah Sholat Menurut para Imam Madzhab

Shalat merupakan  kewajiban seorang muslim kepada Tuhannya, Allah. Ibadah inilah yang paling pertama akan dihisab di akhirat kelak, sebagaimana sabda Rasulullah Saw: إِنَّ أَوَّلَ مَايُحَاسَبُ بِهِ النَّاسُ بِهِ يَوْمَ القِيَامَةِ مِنْ أَعْمَالِهِمْ الصَّلاة “Sesungguhnya yang pertama kali akan dihisab dari amal perbuatan manusia pada hari kiamat adalah sholatnya.” Nah, sudahkah kita memahami betul perkara-perkara sholat? Kali ini saya akan berbagi sedikit ilmu yang pernah saya pelajari ketika belajar di TMI Pesantren Modern Daarul Uluum Lido dalam kitab “Al-Fiqhu ‘alaa Madzaahibil Arba’ah” (Imam Syafi’i, Imam Maliki, Imam Hanifah dan Imam Hanbali) karya Abdurrahman Al-Jaziri. Terkadang kita menyepelekan dan mengabaikan perkara-perkara sunnah dalam sholat, memang kita tidak berdosa jika meninggalkan perkara sunnah, namun hal ini tentu akan merugikan kita. Menurut Imam Syafi’i dan Hanbali Sesungguhnya barangsiapa yang meninggalkan sunnah-sunnah shalat, Allah SWT tidak membe