Langsung ke konten utama

I am 25th Years Old, and I Feel The Real Quarter Life Crisis

Kata orang, umur 25 tahun itu masa-masa quarter life crisis. Yes that what I feel. Now I am 25th years old and I am in the real quarter life crisis. 

Di umur segini, kalau belum bisa menemukan jati diri, kita bakal jadi sering galau. Apalagi kalau ngelirik rumput tetangga yang lebih hijau. Bakal terngiang-ngiang di kepala "Ih si dia udah sukses, ih si dia udah tunangan, ih doi udah nikah, wah doi udah selesai S2, keren banget dia dapet beasiswa ke luar negeri." dan lain sebagainya. Sedangkan pas lihat diri sendiri "Duh kok gini amat ya hidup gue."

Maka ga heran kalau di usia segini stres bisa tiba-tiba melanda. Aku ngerasain sendiri, dan ini juga terjadi pada kawan-kawan dekat di sekitarku.

Akhir-akhir ini aku juga sering banget ngerasa down, stres, depresi. Tanda-tandanya susah fokus, ga bisa konsentrasi, sering pusing dan mual, ga nafsu makan, ga bisa tidur, dan susah bangun pagi.

Kalau lagi gini, aku selalu mikir, kayaknya aku kurang ibadah, kurang baca al-Qur'an, kurang wirid, kurang ngaji tasawuf dll. Semua udah aku coba lakuin. Ya, itu emang bikin hati lumayan tenang. Tapi itu ga cukup.

Kita butuh orang yang mau dengerin keluh kesah kita. Orang yang bisa support dan nuntun kita berdiri.

Kalau dibilang "Halah lemah banget selalu butuh orang lain"

So why? Kita emang ga bisa hidup sendiri kok. Ga bisa dipungkiri kalau terkadang kita emang butuh sandaran.

Yang bikin aku tambah down adalah, saat lagi butuh-butuhnya, orang yang aku harap bisa bantu justru ninggalin aku karena dia ga bisa nerima keadaanku yang begini. Dia maksa aku untuk berubah sendiri.

Dan gimana? Ya aku jadi tambah stres karena sedihnya jadi double hehe

Tapi gapapa, pada dasarnya kita memang sendiri kok. Butuh orang lain memang wajar, tapi jangan biarkan diri sendiri sakit. Karena ga akan ada orang lain yang bener-bener bisa bantu hidupmu 100%. Orang yang paling sayang sama kamu sekalipun paling maksimal cuma bisa ada 50% di hidupmu. Selebihnya kita yang harus hadapi dan jalani sendiri.

Lalu gimana caraku hadapi quarter life crisis ini? Aku juga masih nyari2 cara yang ampuh. Usaha yang aku lakuin saat ini adalah, perbanyak ibadah, dengerin kajian-kajian tasawuf, ngasih self-reward untuk semua pencapaian yang udah berhasil aku raih, dengerin musik-musik menenangkan, dan yang pasti nulis curhatan hehe, karena bagiku, writing is healing.

Tadi katanya butuh support system dari orang lain, tapi di akhir-akhir malah nyuruh sendiri. Itu gimana -_-

Ya kita emang bisa pulihin diri sendiri, tapi prosesnya agak lama. Makanya kita butuh orang lain.

Terus kalau ga punya temen atau someone special yang bisa rangkul kita, gimana caranya? Cari psikolog dan dokter penyembuh sakit "hati." Kata Abi Quraisy, iri, dengki, ga percaya diri, dll itu semua penyakit hati, harus kita obati.

Sekarang aku pun sedang cari psikolog dan dokter penyembuh sakit hati. Jadi kalau kalian ada info tolong kasih tau aku yaa.

Semoga kita semua sehat selalu dan tidak banyak berharap ke orang lain.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Klasifikasi Hadith Berdasarkan Jumlah Perawi dan Cara Penyampaiannya

BAB I PENDAHULUAN                    I.             Latar Belakang Hadits merupakan pedoman hidup yang utama setelah Al-Qur’an, maka dari mempelajarinya merupakan suatu kebutuhan. Untuk memahami hadits diperlukan adanya ilmu dasar yang disebut dengan Mustholah Hadits. Berbeda dengan Al-Qur’an yang bersifat qoothi’ul  wuruud, hadits bersifat dzhonniyul wuruud , sehingga hadits memiliki derajat yang berbeda-beda. Salah satu pembahasan dalam ilmu hadits adalah klasifikasi hadits berdasarkan jumlah perawi yang meriwayatkannya. Semakin banyak periwayat yang meriwayatkan, maka semakin besar juga kemungkinan Klasifikasi ini dibagi menjadi dua, yaitu hadits yang mutawatir dan hadits ahad . Hadits ahad terbagi lagi menjadi tiga yaitu masyhur , aziz dan ghorib. Adanya klasifikasi ini untuk membantu ulama hadits dalam menentukan apakah k...

Ibnu Qutaibah dan Ilmu Musykil al-Qur’an: Dialektika antara Akal dan Teks

Pendahuluan Al-Qur’an telah diturunkan oleh Allah Swt dengan jelas dan terperinci, kandungannya benar dan jauh dari kesalahan. Apabila manusia yang membuat a l-Qur’an, tentu saja ada berbagai pertentangan di dalamnya. Sebagaimana firman Allah Swt dalam surat al -Nisa ayat 82: أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللَّهِ لَوَجَدُوا فِيهِ اخْتِلَافًا كَثِيرًا “ Maka apakah mereka tidak memperhatikan al- Qur ’ an? Kalau kiranya al- Qur ’ an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat i pertentangan yang banyak di dalamnya. ” (QS. Al-Nisa’: 82) Oleh karena itu, para ulama menggunakan kata “musykil” pada ilmu al-Qur’an ( musykil al-qur’an ), bukan mukhtalaf sebagaimana yang digunakan dalam pembahasan ilmu hadis ( mukhtalaf al-hadits ). Hal ini dikarenakan a l-Qur’an adalah haq , tidak ada pertentangan di dalamnya, berbeda dengan hadis yang masih bisa diperdebatkan. Meskipun demikian, tidak semua ayat a l-Qur’an dapat dipahami secara lang...

Sunnah-Sunnah Sholat Menurut para Imam Madzhab

Shalat merupakan  kewajiban seorang muslim kepada Tuhannya, Allah. Ibadah inilah yang paling pertama akan dihisab di akhirat kelak, sebagaimana sabda Rasulullah Saw: إِنَّ أَوَّلَ مَايُحَاسَبُ بِهِ النَّاسُ بِهِ يَوْمَ القِيَامَةِ مِنْ أَعْمَالِهِمْ الصَّلاة “Sesungguhnya yang pertama kali akan dihisab dari amal perbuatan manusia pada hari kiamat adalah sholatnya.” Nah, sudahkah kita memahami betul perkara-perkara sholat? Kali ini saya akan berbagi sedikit ilmu yang pernah saya pelajari ketika belajar di TMI Pesantren Modern Daarul Uluum Lido dalam kitab “Al-Fiqhu ‘alaa Madzaahibil Arba’ah” (Imam Syafi’i, Imam Maliki, Imam Hanifah dan Imam Hanbali) karya Abdurrahman Al-Jaziri. Terkadang kita menyepelekan dan mengabaikan perkara-perkara sunnah dalam sholat, memang kita tidak berdosa jika meninggalkan perkara sunnah, namun hal ini tentu akan merugikan kita. Menurut Imam Syafi’i dan Hanbali Sesungguhnya barangsiapa yang meninggalkan sunnah-sunnah shalat, Allah SWT tidak m...