Langsung ke konten utama

Yang Mulai Terlupakan



Ampar-ampar pisang
Pisangku balum masak
Masak  bigi dihurung bari bari
Masak  bigi dihurung bari bari

Manggalepok manggalepok
Patah kayu bengkok
Bengkok dimakan api
Apinya clang curupan
Bengkok dimakan api
Apinya clang curupan

Suara ceria anak-anak terdengar tak asing di telinga, sambil diperagai dengan sebuah permainan yang disebut seperti judul lagunya yakni ampar-ampar pisang. Permainan tradisional ini menjadi permainan yang asik di kalangan anak-anak, namun tak begitu dengan anak-anak di masa kini. Kini tak kita temukan lagi nyanyian anak-anak yang disertai dengan permainan. Jarang kita temukan anak laki-laki di pinggir jalan bermain kelereng atau gasing, permaianan tradisional kini mulai dilupakan, bahkan tak sedikit dari anak-anak yang bahkan belum mengenal sama sekali permainan tradisional.
Yang banyak kita lihat kini anak-anak bermain playstation, bermain game di komputer, atau bermain di wahana-wahana permainan modern. Permainan tradisional mulai ditinggalkan, peminatnya mulai menurun, permainan tradisional dianggap kuno. Padahal itu merupakan salah satu kekayaan Indonesia. Keadaan ini cukup memprihatinkan, mengingat kekayaan budaya indonesia akan punah secara perlahan-lahan, namun hal ini tidak dapat dipungkiri karena termakan oleh zaman. Anak-anak (terutama anak-anak perkotaan) seringkali merasa gengsi untuk bermain permaianan tradisional.
Mereka lebih senang memainkan permainan dengan teknologi tinggi yang berasal dari luar negri, atau sekedar menghabiskan waktu berjam-jam untuk bermain game di depan komputer.
Banyak jenis-jenis permainan tradisional seperti congklak, karet, asin, layang-layang, tapak gunung, gasing, sonik dan lain sebagainya, permaianan tradisional biasanya dibuat sendiri dengan barang-barang yang mudah ditemukan, seperti bambu, kayu, kertas dan lain-lain. Permaianan tradisional mudah dibuat dan tidak membutuhkan banyak biaya.
Permainan tradisional sesungguhnya memiliki banyak manfaat bagi anak-anak. Selain tidak mengeluarkan banyak biaya, permainan-permainan tradisional sebenarnya sangat baik untuk melatih fisik dan mental anak. Secara tidak langsung, anak-anak akan dirangsang kreatifitas, ketangkasan, jiwa kepemimpinan, kecerdasan, dan keluasan wawasannya melalui permainan tradisional. Para psikolog menilai bahwa sesungguhnya mainan tradisional mampu membentuk motorik anak, baik kasar maupun halus. Salah satu permainan yang mampu membentuk motorik anak adalah dakon. Motorik halus lebih digunakan dalam permainan ini. Pada permainan ini pemain dituntut untuk memegang biji secara utuh sembari meletakkannya satu-satu di kotakkannya dengan satu tangan.
Permainan tradisional juga dapat melatih kemampuan sosial anak, anak-anak berinteraksi dan bekerja sama dengan teman sepermainannya, sangat berbeda dengan anak yang menghabiskan waktunyasendirian untuk bermain game di depan komputer. Sehingga tidak heran jika anak-anak sekarang akan lebih terlihat egois dan agresif.
Namun, walaupun demikian masih ada anak-anak di daerah yang terpencil yang masih memainkan permainan tradisional tersebut.
Oleh karena itu kawan, marilah kita jaga kekayaan budaya negara kita, Indonesia. Bukan hanya permainan, tetapi juga bahasa, pakaian dan adat kebiasaan, agar hal tersebut tidak  hanya tercatat sebagai sejarah di kemudian hari. Dan tentu bukan hanya budaya Indonesia saja yang perlu dilestarikan, tetapi juga budaya islam yang kaya akan akhlak dan sikap toleransi.
Fera. ^_^


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Klasifikasi Hadith Berdasarkan Jumlah Perawi dan Cara Penyampaiannya

BAB I PENDAHULUAN                    I.             Latar Belakang Hadits merupakan pedoman hidup yang utama setelah Al-Qur’an, maka dari mempelajarinya merupakan suatu kebutuhan. Untuk memahami hadits diperlukan adanya ilmu dasar yang disebut dengan Mustholah Hadits. Berbeda dengan Al-Qur’an yang bersifat qoothi’ul  wuruud, hadits bersifat dzhonniyul wuruud , sehingga hadits memiliki derajat yang berbeda-beda. Salah satu pembahasan dalam ilmu hadits adalah klasifikasi hadits berdasarkan jumlah perawi yang meriwayatkannya. Semakin banyak periwayat yang meriwayatkan, maka semakin besar juga kemungkinan Klasifikasi ini dibagi menjadi dua, yaitu hadits yang mutawatir dan hadits ahad . Hadits ahad terbagi lagi menjadi tiga yaitu masyhur , aziz dan ghorib. Adanya klasifikasi ini untuk membantu ulama hadits dalam menentukan apakah k...

Ibnu Qutaibah dan Ilmu Musykil al-Qur’an: Dialektika antara Akal dan Teks

Pendahuluan Al-Qur’an telah diturunkan oleh Allah Swt dengan jelas dan terperinci, kandungannya benar dan jauh dari kesalahan. Apabila manusia yang membuat a l-Qur’an, tentu saja ada berbagai pertentangan di dalamnya. Sebagaimana firman Allah Swt dalam surat al -Nisa ayat 82: أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللَّهِ لَوَجَدُوا فِيهِ اخْتِلَافًا كَثِيرًا “ Maka apakah mereka tidak memperhatikan al- Qur ’ an? Kalau kiranya al- Qur ’ an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat i pertentangan yang banyak di dalamnya. ” (QS. Al-Nisa’: 82) Oleh karena itu, para ulama menggunakan kata “musykil” pada ilmu al-Qur’an ( musykil al-qur’an ), bukan mukhtalaf sebagaimana yang digunakan dalam pembahasan ilmu hadis ( mukhtalaf al-hadits ). Hal ini dikarenakan a l-Qur’an adalah haq , tidak ada pertentangan di dalamnya, berbeda dengan hadis yang masih bisa diperdebatkan. Meskipun demikian, tidak semua ayat a l-Qur’an dapat dipahami secara lang...

Sunnah-Sunnah Sholat Menurut para Imam Madzhab

Shalat merupakan  kewajiban seorang muslim kepada Tuhannya, Allah. Ibadah inilah yang paling pertama akan dihisab di akhirat kelak, sebagaimana sabda Rasulullah Saw: إِنَّ أَوَّلَ مَايُحَاسَبُ بِهِ النَّاسُ بِهِ يَوْمَ القِيَامَةِ مِنْ أَعْمَالِهِمْ الصَّلاة “Sesungguhnya yang pertama kali akan dihisab dari amal perbuatan manusia pada hari kiamat adalah sholatnya.” Nah, sudahkah kita memahami betul perkara-perkara sholat? Kali ini saya akan berbagi sedikit ilmu yang pernah saya pelajari ketika belajar di TMI Pesantren Modern Daarul Uluum Lido dalam kitab “Al-Fiqhu ‘alaa Madzaahibil Arba’ah” (Imam Syafi’i, Imam Maliki, Imam Hanifah dan Imam Hanbali) karya Abdurrahman Al-Jaziri. Terkadang kita menyepelekan dan mengabaikan perkara-perkara sunnah dalam sholat, memang kita tidak berdosa jika meninggalkan perkara sunnah, namun hal ini tentu akan merugikan kita. Menurut Imam Syafi’i dan Hanbali Sesungguhnya barangsiapa yang meninggalkan sunnah-sunnah shalat, Allah SWT tidak m...