Hai. Kata orang, jurnaling merupakan salah satu penghilang stres. Yes, and it's work for me. Saat ini masih pertengahan tahun, tapi enam bulan pertama tahun ini sudah membuatku terseok-seok. Berbagai tekanan dari mulai pekerjaan, mengurus anak, hingga tugas akhir studi pascasarjana datang bertubi-tubi. Jangan tanya bagaimana liburan akhir semesterku. Karena sama sekali tidak ada agenda jalan-jalan di tahun ini. Liburan sekolah adalah masa untuk mengerjakan tesis dan mengejar berbagai rangkaian ujian akhir yang harus segera diselesaikan. Ketika ditinggal pergi suami selama 50 hari untuk haji, aku cukup tergopoh-gopoh karena harus pulang-pergi BSD-Bekasi, Ciputat-Bekasi untuk kerja dan mengurus kuliah. Saat itu, aku merasa menjadi guru yang tidak profesional. Bahkan aku juga mendapat teguran dari Kepala Sekolah. Aku bahkan sudah pasrah kalau sekiranya nanti kontrakku tidak diperpanjang. Puncak tersetres bagiku adalah mengerjakan tesis di saat menghadapi anak yang sedang GTM. Kondisi
Hai! Entah siapapun yang kusapa kali ini! Tak masalah, aku hanya ingin meluapkan keluh kesahku. Karena saat ini aku sendirian, atau tepatnya berdua dengan bayiku yang sedang terlelap di ranjang. Aku sering curhat juga ke bayiku, meskipun saat aku menangis, entah kenapa dia malah tertawa. Oh, mungkin saja aku adalah salah satu sumber kebahagiaan baginya, jadi saat aku berbicara padanya, mengenai apapun itu, dia akan merasa senang. Tak apa, setidaknya ada orang yang bisa kujadikan teman curhat, meskipun tak bisa memberikan solusi apapun. Entah kenapa saat ini aku sedang merasa gagal dalam segala hal, mulai dari pekerjaan, studi, hingga gagal menjadi ibu dan istri yang baik. Penyebabnya, aku selalu melakukan banyak hal, semuanya jadi setengah-setengah. Tak ada yang benar-benar aku kuasai, tak pernah bisa totalitas melakukan suatu hal. Ya, multiperan atau multitasking memang aku sukai, tapi, pada beberapa kondisi, aku benar-benar merasa burnout . Aku berharap bisa sekuat ibuku, sumber insp