Saat mondok dulu, aku ingat salah satu ustadz pernah berkata dengan makna yang kurang lebih begini "Saya bisa lihat masa kesuksesan kalian di umur berapa." Terlepas apakah bener beliau bilang begitu karena emang tau atau cuma mau memperingatkan kami, saat itu, aku cuma mikir "Oh berarti ga semua orang akan berada 'di atas' terus." Akhir-akhir ini, aku mulai memikirkan kembali perkataan itu. Di saat aku merasa bukan lagi jadi pusat perhatian "dunia." Kini, aku merasa hanya menjadi seorang "manusia biasa." Dulu, aku senang sekali jadi pusat perhatian dengan cara menjadi juara kelas. Setiap tahun, aku selalu maju ke atas panggung dan meraih penghargaan. Ada kepuasan tersendiri ketika berhasil mencuri perhatian dengan prestasi. Tapi, saat aku berjalan semakin jauh, bertemu dengan beragam orang dari berbagai daerah dan negara, aku semakin sadar bahwa aku bukan siapa-siapa, hanya manusia biasa. Banyak sekali orang yang jauh lebih hebat dariku. ...
Hai. Kata orang, jurnaling merupakan salah satu penghilang stres. Yes, and it's work for me. Saat ini masih pertengahan tahun, tapi enam bulan pertama tahun ini sudah membuatku terseok-seok. Berbagai tekanan dari mulai pekerjaan, mengurus anak, hingga tugas akhir studi pascasarjana datang bertubi-tubi. Jangan tanya bagaimana liburan akhir semesterku. Karena sama sekali tidak ada agenda jalan-jalan di tahun ini. Liburan sekolah adalah masa untuk mengerjakan tesis dan mengejar berbagai rangkaian ujian akhir yang harus segera diselesaikan. Ketika ditinggal pergi suami selama 50 hari untuk haji, aku cukup tergopoh-gopoh karena harus pulang-pergi BSD-Bekasi, Ciputat-Bekasi untuk kerja dan mengurus kuliah. Saat itu, aku merasa menjadi guru yang tidak profesional. Bahkan aku juga mendapat teguran dari Kepala Sekolah. Aku bahkan sudah pasrah kalau sekiranya nanti kontrakku tidak diperpanjang. Puncak tersetres bagiku adalah mengerjakan tesis di saat menghadapi anak yang sedang GTM. Kondisi...