Langsung ke konten utama

Postingan

2024 yang Penuh Tantangan

Hai. Kata orang, jurnaling merupakan salah satu penghilang stres. Yes, and it's work for me.  Saat ini masih pertengahan tahun, tapi enam bulan pertama tahun ini sudah membuatku terseok-seok. Berbagai tekanan dari mulai pekerjaan, mengurus anak, hingga tugas akhir studi pascasarjana datang bertubi-tubi. Jangan tanya bagaimana liburan akhir semesterku. Karena sama sekali tidak ada agenda jalan-jalan di tahun ini. Liburan sekolah adalah masa untuk mengerjakan tesis dan mengejar berbagai rangkaian ujian akhir yang harus segera diselesaikan. Ketika ditinggal pergi suami selama 50 hari untuk haji, aku cukup tergopoh-gopoh karena harus pulang-pergi BSD-Bekasi, Ciputat-Bekasi untuk kerja dan mengurus kuliah. Saat itu, aku merasa menjadi guru yang tidak profesional. Bahkan aku juga mendapat teguran dari Kepala Sekolah. Aku bahkan sudah pasrah kalau sekiranya nanti kontrakku tidak diperpanjang. Puncak tersetres bagiku adalah mengerjakan tesis di saat menghadapi anak yang sedang GTM. Kondisi
Postingan terbaru

Aku yang Gagal

Hai! Entah siapapun yang kusapa kali ini! Tak masalah, aku hanya ingin meluapkan keluh kesahku. Karena saat ini aku sendirian, atau tepatnya berdua dengan bayiku yang sedang terlelap di ranjang. Aku sering curhat juga ke bayiku, meskipun saat aku menangis, entah kenapa dia malah tertawa. Oh, mungkin saja aku adalah salah satu sumber kebahagiaan baginya, jadi saat aku berbicara padanya, mengenai apapun itu, dia akan merasa senang. Tak apa, setidaknya ada orang yang bisa kujadikan teman curhat, meskipun tak bisa memberikan solusi apapun. Entah kenapa saat ini aku sedang merasa gagal dalam segala hal, mulai dari pekerjaan, studi, hingga gagal menjadi ibu dan istri yang baik. Penyebabnya, aku selalu melakukan banyak hal, semuanya jadi setengah-setengah. Tak ada yang benar-benar aku kuasai, tak pernah bisa totalitas melakukan suatu hal. Ya, multiperan atau multitasking memang aku sukai, tapi, pada beberapa kondisi, aku benar-benar merasa burnout . Aku berharap bisa sekuat ibuku, sumber insp

Malang Night Paradise. Wisata Malam di Malang yang Overrated

Maret 2022 lalu aku berkesempatan mengunjungi Malang. Tentunya, ga asik kalau berkunjung ke suatu daerah tanpa melancong ke berbagai wisatanya. Dengan kekuatan referensi TikTok, akhirnya aku menemukan wisata malam, yaitu Malang Night Paradise. Malang Night Paradise termasuk wisata outdoor. Jadi kalau hujan, kamu akan kesulitan menikmati berbagai wahananya. Tempat ini tidak begitu luas. Kamu bisa langsung mengelilingi seluruh kawasannya dengan berjalan kaki santai. Waktu itu, kami ke sana saat sedang gerimis. Karena sayang kalau melewatkan malam di Malang tanpa jalan-jalan, jadi kami lanjutkan saja meskipun gerimis. Harga satu tiket masuk + wahana perahu waktu itu 90.000 perorang.  Apakah worth it? Buat kamu yang suka foto-foto, wisata ini cukup worth it. Tapi kalau aku pribadi "cukup sekali" aja ke tempat ini. Karena tempatnya ga luas dan wahananya pun sedikit banget, yang paling worth it cuma naik perahunya aja. Waktu itu aku dateng pas gerimis, jadi bener-bener sepi, naik p

Perjalan Perempuan dalam Tiga Babak

Menikah 260222 Saat ijab kabul pernikahan diucapkan pada 26 Februari 2022 lalu, umurku baru saja menginjak 27 tahun 9 hari. Usia yang cukup matang bagiku untuk memulai berumah tangga. Meskipun belum bisa dikatakan juga bahwa aku sudah siap sepenuhnya. Sejak hari besar itu, aku sama sekali belum pernah panjang lebar membicarakan tentang pernikahan di media sosial. Sebab bagiku, pernikahan bukan hanya hari bahagia di tanggal undangan, ia adalah ibadah terpanjang seumur hidup. Meskipun sudah banyak mempelajari berbagai teori, namun pengalaman empiris belum tentu sama bukan? Bahkan hingga kini, aku belum bisa banyak mendefinisikan makna pernikahan, karena usia rumah tanggaku pun baru seumur pohon jagung. Aku menyadari betul bahwa pernikahan tak melulu berisi kebahagiaan. Maka aku pun tak bersikap begitu kegirangan sejak hari pernikahan, bahagia sewajarnya. Sebab ke depannya tentu akan banyak cobaan bukan?. Sebelum menikah, aku dan calon suami menyempatkan diri untuk sowan dan meminta wejan

Perempuan Tak Harus Kerja, Tapi Harus Mandiri

Sebagian perempuan mungkin merasa lebih nyaman menjadi ibu rumah tangga tanpa harus mencari nafkah. Sebagian lainnya justru lebih senang bekerja dan berbaur di ruang publik. Bagiku, apapun pilihan seorang perempuan, tidak ada yang salah dengan hal itu, selama ia mampu menebarkan manfaat untuk orang-orang di sekitarnya. Ya, kuncinya adalah manfaat. Sebuah pepatah Arab berkata " Khairun naas anfa'uhum lin naas " (Sebaik-baiknya orang adalah yang bermanfaat untuk sesama). Apakah menjadi ibu rumah tangga bermanfaat? Ya tentu bermanfaat dong. Ibu rumah tangga menjaga harta keluarga di rumah. Ibu rumah tangga menyiapkan semua kebutuhan anggota keluarga mulai dari makanan, minuman, pakaian, hingga kebersihan, dan lain-lain, bahkan mereka harus bekerja setiap hari, tanpa hari libur. Meskipun menjadi ibu rumah tangga baik, aku lebih memilih menjadi perempuan pekerja, tapi tanpa meninggalkan sepenuhnya urusan rumah tangga. Untungnya, suamiku pun sangat mendukungku untuk bekerja (ya

Happy Birthday to Me!

Apa makna ulang tahun bagimu? Angka? Usia? Waktu?  Semakin lama, ulang tahun tak lagi terasa istimewa. Aku tidak lagi menunggu kue atau bunga, kado, atau sekadar ucapan dan doa. Apalagi mengumbarnya di social media.  Di ulang tahun kali ini, aku lebih memilih menghabiskan waktu sendiri. Bermunajat malam sambil berdoa kepada yang Maha Kuasa, membaca wirid dan al-Qur'an, kemudian bekerja seperti biasa. Tapi, aku juga berusaha membahagiakan diri sendiri. Membeli barang dan makanan yang kumau. Membaca buku di toko buku. Kemudian bercengkrama dengan diri sendiri. Hanya duduk di kafe dengan segelas minuman, lalu menulis di blog menggunakan laptop kesayanganku. Sendiri, sambil berusaha memahami isi hati. Saat usia semakin bertambah, kita mungkin akan bertanya-tanya. Apa sisa waktu hidup di dunia masih banyak? Atau justru sebentar lagi? Bukankah kita semua sedang berjalan menuju kematian? Menuju kehidupan seterusnya?  Semakin dewasa, aku terus berusaha untuk mandiri. Tidak menggantukan keh

Soto Sampah Jogja, Beneran Enak atau Cuma Viral?

Saat berkunjung ke Jogja di pertengahan ke Desember 2022, aku berkesempatan makan di soto sampah. Sebelumnya, sekitar Maret 2022 lalu aku sudah pernah datang ke lokasi soto sampah ini di malam hari, karena katanya kuliner ini memang terkenal dikunjungi orang-orang di malam hari. Tapi sayang waktu itu justru warung makan ini sedang tutup. Nah ketika kemarin aku datang di siang hari, kebetulan lagi ga ada pembeli sama sekali, dua pembeli baru datang setelah aku mulai menyantap soto. Lokasi soto sampah ini cukup strategis, ga jauh dari tugu Jogja, tepatnya di Jl Kranggan No 2, Cokrodiningratan. Lokasinya juga sudah ada di map, jadi cukup buka map untuk menuntun kamu ke sini. Warung ini terbilang sederhana, di sana hanya ada dua meja dan kursi panjang. Kira-kira cukup untuk enam orang saja. Ketika sampai, kamu bisa langsung memesan soto dan minuman ke ibu dan bapak yang berjualan. Ada dua pilihan soto, soto ayam dan soto daging. Selain soto, ada juga nasi rames dengan berbagai jenis lauk p