Langsung ke konten utama

2024 yang Penuh Tantangan

Hai.

Kata orang, jurnaling merupakan salah satu penghilang stres. Yes, and it's work for me. 

Saat ini masih pertengahan tahun, tapi enam bulan pertama tahun ini sudah membuatku terseok-seok. Berbagai tekanan dari mulai pekerjaan, mengurus anak, hingga tugas akhir studi pascasarjana datang bertubi-tubi. Jangan tanya bagaimana liburan akhir semesterku. Karena sama sekali tidak ada agenda jalan-jalan di tahun ini. Liburan sekolah adalah masa untuk mengerjakan tesis dan mengejar berbagai rangkaian ujian akhir yang harus segera diselesaikan.

Ketika ditinggal pergi suami selama 50 hari untuk haji, aku cukup tergopoh-gopoh karena harus pulang-pergi BSD-Bekasi, Ciputat-Bekasi untuk kerja dan mengurus kuliah. Saat itu, aku merasa menjadi guru yang tidak profesional. Bahkan aku juga mendapat teguran dari Kepala Sekolah. Aku bahkan sudah pasrah kalau sekiranya nanti kontrakku tidak diperpanjang.

Puncak tersetres bagiku adalah mengerjakan tesis di saat menghadapi anak yang sedang GTM. Kondisi stres ini disertai perasaan pesimis dan gagal. Studiku ngaret, mengurus anak pun tak becus. Entah mengapa, aku terus menerus menyalahkan diri sendiri. Sudah sekitar empat bulan BB anakku seret dan tak naik-naik. Bagaimana berharap BBnya bisa naik, makan makanan komposisi lengkap pun dia belum pandai.

Salah satu bukti cintaku pada anakku adalah tetap memasak untuknya meskipun dia seringkali menolak masakanku. Tapi aku tak menyerah. Sekalipun banyak orang yang berkata "Masak ini itu ujung-ujungnya ga dimakan" tapi aku tetap memasak, meskipun akhirnya masakanku berujung menjadi pakan kucing atau ayam. Kalau aku ga masak, anakku makan apa? Apa dia akan makan fortif sampai dewasa? Atau makan bolu dan roti sepanjang waktu? Atau uangku terus-terusan terkuras untuk beli catering makanan?

Ya Allah, sungguh pening kepala karena setiap hari mikirin masak apa, hari ini Kay makan apa, besok Kay makan apa, dll, dll.

Untuk mengakhiri sesi ini, aku berupaya untuk memberikan afirmasi positif, karena kita perlu mengapresiasi diri sendiri.

Aku sehat

Aku kuat

Aku perempuan berdaya

Aku ibu yang hebat

Aku ibu yang sabar

Aku guru yang berbakat

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Klasifikasi Hadith Berdasarkan Jumlah Perawi dan Cara Penyampaiannya

BAB I PENDAHULUAN                    I.             Latar Belakang Hadits merupakan pedoman hidup yang utama setelah Al-Qur’an, maka dari mempelajarinya merupakan suatu kebutuhan. Untuk memahami hadits diperlukan adanya ilmu dasar yang disebut dengan Mustholah Hadits. Berbeda dengan Al-Qur’an yang bersifat qoothi’ul  wuruud, hadits bersifat dzhonniyul wuruud , sehingga hadits memiliki derajat yang berbeda-beda. Salah satu pembahasan dalam ilmu hadits adalah klasifikasi hadits berdasarkan jumlah perawi yang meriwayatkannya. Semakin banyak periwayat yang meriwayatkan, maka semakin besar juga kemungkinan Klasifikasi ini dibagi menjadi dua, yaitu hadits yang mutawatir dan hadits ahad . Hadits ahad terbagi lagi menjadi tiga yaitu masyhur , aziz dan ghorib. Adanya klasifikasi ini untuk membantu ulama hadits dalam menentukan apakah kualitas hadits itu shohih, hasan, atau dhoif . Selain itu, ada pula klasifikasinya berdasarkan cara penyampaiannya kepada kita, yang terbagi menjad

Ibnu Qutaibah dan Ilmu Musykil al-Qur’an: Dialektika antara Akal dan Teks

Pendahuluan Al-Qur’an telah diturunkan oleh Allah Swt dengan jelas dan terperinci, kandungannya benar dan jauh dari kesalahan. Apabila manusia yang membuat a l-Qur’an, tentu saja ada berbagai pertentangan di dalamnya. Sebagaimana firman Allah Swt dalam surat al -Nisa ayat 82: أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللَّهِ لَوَجَدُوا فِيهِ اخْتِلَافًا كَثِيرًا “ Maka apakah mereka tidak memperhatikan al- Qur ’ an? Kalau kiranya al- Qur ’ an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat i pertentangan yang banyak di dalamnya. ” (QS. Al-Nisa’: 82) Oleh karena itu, para ulama menggunakan kata “musykil” pada ilmu al-Qur’an ( musykil al-qur’an ), bukan mukhtalaf sebagaimana yang digunakan dalam pembahasan ilmu hadis ( mukhtalaf al-hadits ). Hal ini dikarenakan a l-Qur’an adalah haq , tidak ada pertentangan di dalamnya, berbeda dengan hadis yang masih bisa diperdebatkan. Meskipun demikian, tidak semua ayat a l-Qur’an dapat dipahami secara lang

As-Sam'iyyat

As-Sam’iyyaat Temen-temen pernah denger istilah As-sam’iyyat? Mungkin sebagian dari kita udah nggak asing lagi dengan istilah ini, As-Sam’iyyat merupakan perkara yang tidak dapat digambarkan dengan pancaindera manusia dan hanya dapat diketahui melalui al-quran dan al-hadis. Adapun perkara-perkara yang termasuk as-sam’iyyat adalah alam kubur, hari kiamat, malaikat, jembatan sirath, padang mahsyar, surga dan neraka. Bahkan, jin, dan setan juga merupakan perkara as-sam’iyyat karena kita tidak dapat melihatnya dengan kasat mata kecuali dengan kekuasaan Allah. Kita sebagai umat muslim wajib untuk meyakini akan adanya as-sam’iyyat walaupun hal tersebut hanya dapat kita dengar dari al-quran dan hadits. Dalil kewajiban beriman dengan perkara sam’iyat seperti yang Allah firmankan di dalam Al-quran : الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ “(yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebah