Menikah
260222
Saat ijab kabul pernikahan diucapkan pada 26 Februari 2022 lalu, umurku baru saja menginjak 27 tahun 9 hari. Usia yang cukup matang bagiku untuk memulai berumah tangga. Meskipun belum bisa dikatakan juga bahwa aku sudah siap sepenuhnya.
Sejak hari besar itu, aku sama sekali belum pernah panjang lebar membicarakan tentang pernikahan di media sosial. Sebab bagiku, pernikahan bukan hanya hari bahagia di tanggal undangan, ia adalah ibadah terpanjang seumur hidup. Meskipun sudah banyak mempelajari berbagai teori, namun pengalaman empiris belum tentu sama bukan? Bahkan hingga kini, aku belum bisa banyak mendefinisikan makna pernikahan, karena usia rumah tanggaku pun baru seumur pohon jagung.
Aku menyadari betul bahwa pernikahan tak melulu berisi kebahagiaan. Maka aku pun tak bersikap begitu kegirangan sejak hari pernikahan, bahagia sewajarnya. Sebab ke depannya tentu akan banyak cobaan bukan?.
Sebelum menikah, aku dan calon suami menyempatkan diri untuk sowan dan meminta wejangan kepada guru-guru kami (terkadang kami berdua, terkadang saya sendiri, atau suami sendiri), mulai dari Nyai Hj. Ulfah Uswatun Hasanah, KH Yazid Dimyati, Kyai Ziaul Haramain, Nyai Badriyah Fayumi, Dr. Nur Rofi'ah, Ustadzah Nuryati Murtadho, Ustadz Dr. Andi, dan guru-guru kami lainnya yang tak dapat kami sebut satu persatu. Ini cukup menambah wawasan kami untuk semakin siap membuka tirai pernikahan.
Setelah menikah, banyak kawan yang bertanya "Bagaimana rasanya menikah?" atau "Bagaimana keadaanmu setelah menikah?" dan berbagai pertanyaan lain yang serupa. Entah bagaimana caraku menggambarkan pernikahan. Itu terlalu rumit, seperti jalanan, terkadang ada yang lancar tanpa hambatan, terkadang terjal bebatuan, terkadang bahkan berlubang dan rusak.
Dalam Al-Qur'an, kata zauj "pasangan" digunakan untuk menggambarkan relasi suami istri. Kata "sepasang" menunjukkan makna kesetaraan. Bayangkan dua mata kita yang berpasangan, dua tangan dan kaki kita yang berpasangan, dua alis yang berpasangan, hingga dua sandal yang berpasangan. Meskipun dua pasang itu tidak sama persis, namun semuanya serasi, berada pada posisi yang sama, saling melengkapi. Bayangkan jika matamu besar sebelah, alismu naik sebelah, atau tangan dan kakimu panjang sebelah, tentu tak nyaman bukan? Sepasang sandal memiliki fungsi masing-masing, ada yang kanan, ada yang kiri, jika keduanya sama persis, maka tak bisa kita gunakan, namun jika berbeda total pun tak akan serasi dan tak nyaman digunakan.
Bagiku, begitulah pernikahan, sepasang laki-laki dan perempuan yang tidak sama persis, tapi saling melengkapi. Tidak ada yang lebih powerfull karena keduanya sama-sama seorang hamba. Masing-masing punya peran, hak, kewajiban, dan tanggung jawab, hingga membentuk satu kesatuan.
Hamil, Melahirkan dan Menyusui
Setelah merasakan hamil, aku menyadari betapa kekuasaan Allah SWT sungguh amat besar, hingga mampu menciptakan makluk hidup dari dalam rahim seorang perempuan. Berbagai organ tubuh bayi mulai dari otak, tulang, jantung, hati, dan lainnya terbentuk di dalam tubuh ibu.
Bayangkan, berapa banyak nutrisi yang perlu diserap janin dari tubuh ibunya. Maka tak haran bila sepanjang masa kehamilan, ibu hamil dianjurkan mengonsumsi berbagai jenis vitamin. Bagiku yang tidak terlalu sulit menelan berbagai pil, kapsul maupun tablet, mengonsumsi vitamin setiap hari tidaklah sulit, meskipun ini vitamin terlama yang kukonsumsi selamaku hidup. Tetapi bagi ibu hamil yang lain, menelan berbagai vitamin ini juga merupakan salah satu tantangan. Belum lagi jika ditambah berbagai perubahan lain seperti mual, pusing, mudah lelah dan lain sebagainya.
Pantas saja Al-Qur'an menyebutkan bahwa orang yang hamil berada dalam keadaan wahnan alaa wahnin. Karena memang seperti itulah rasanya, betapa sulitnya mengontrol emosi dan perubahan fisik selama masa kehamilan. Bayangkan, perut kencangmu tiba-tiba membesar dan semakin melebar, kemudian akan timbul guratan-guratan di kulit mulusmu, seluruh badanmu akan lebih sering pegal dan keram, kamu tidak bisa tidur terlentang selama beberapa bulan, kantuh kemihmu semakin terhimpit sehingga kamu sering kali ingin buang air kecil, dan tentu saja, kamu harus membawa tubuh bayi mungil di dalam perutmu ke mana pun kau pergi, dan itu sungguh berat dan bukan hal yang mudah. Subhanallah, begitu kuatnya rahim dan otot-otot seorang ibu.
Saat mengalami proses melahirkan yang sakitnya luar biasa, aku bergumam "Bagaimana mungkin ada rasa sakit separah ini. Sangat sakit. Hingga aku terngiang-ngiang ucapan Sayyidah Maryam saat hendak melahirkan, sebagaimana tercantum dalam Al-Qur'an يَا لَيْتَنِي مِتُّ قَبْلَ هَٰذَا وَكُنتُ نَسْيًا مَّنسِيًّا
Setelah melahirkan, meskipun janin sudah keluar dari dalam rahim, tubuhmu tidak lantas pulih seketika. Ada bagian dari tubuhmu yang berubah dan mungkin beberapa tak akan bisa kembali seperti semula. Tulang panggul meregang, otot perut dan saluran kemih mengendur, beberapa sarafmu mungkin juga terputus dan jutaan sel-sel tubuhmu mati. Meskipun fisik ibu pasca melahirkan tampak baik, namun sebenarnya organ-organ dalamnya sedang mengalami pemulihan besar-besaran. Apalagi jika kamu mengalami episiotomi, kamu juga tentu perlu pemulihan luka jahitan.
Maka tak heran, setelah proses persalinan, kamu mungkin akan kesulitan mengontrol buang air kecil sehingga terkadang mengompol, kamu juga mungkin akan mengalami konstipasi. Terkadang saat menyusui, kontraksi di bagian perut juga terasa.
Di tengah masa pemulihan kehamilan ini, lagi-lagi aku mengagumi ketentuan dari Allah berupa masa nifas. Selain manfaat nifas yang luar biasa, aku juga bisa menggali hikmah di balik larangan perempuan nifas untuk shalat. Di samping kondisi yang tidak suci, di masa nifas aku jadi bisa beristirahat dengan tenang, tanpa harus khawatir tertinggal waktu shalat, karena di masa baby new born, tenagaku benar-benar terkuras. Bergadang berhari-hari, harus produksi ASI, dan lain sebagainya.
Menjadi Seorang Ibu
Seorang ibu, ya, saat ini aku adalah seorang ibu. Apa yang akan kutulis? Mari kita lihat nanti. Aku masih terus mendalami peranku sebagai seorang ibu. Masih harus banyak belajar. Harapanku, semoga aku mampu dan bisa menjadi ibu yang baik. Aku mungkin tak sempurna, tapi aku akan berusaha semaksimal mungkin.
Hai para ibu, semoga Allah selalu menguatkanmu dan memudahkan segala urusanmu.
Bekasi, 02 Januari 2024
Komentar
Posting Komentar