Saat mondok dulu, aku ingat salah satu ustadz pernah berkata dengan makna yang kurang lebih begini "Saya bisa lihat masa kesuksesan kalian di umur berapa." Terlepas apakah bener beliau bilang begitu karena emang tau atau cuma mau memperingatkan kami, saat itu, aku cuma mikir "Oh berarti ga semua orang akan berada 'di atas' terus."
Akhir-akhir ini, aku mulai memikirkan kembali perkataan itu. Di saat aku merasa bukan lagi jadi pusat perhatian "dunia." Kini, aku merasa hanya menjadi seorang "manusia biasa." Dulu, aku senang sekali jadi pusat perhatian dengan cara menjadi juara kelas. Setiap tahun, aku selalu maju ke atas panggung dan meraih penghargaan. Ada kepuasan tersendiri ketika berhasil mencuri perhatian dengan prestasi.
Tapi, saat aku berjalan semakin jauh, bertemu dengan beragam orang dari berbagai daerah dan negara, aku semakin sadar bahwa aku bukan siapa-siapa, hanya manusia biasa. Banyak sekali orang yang jauh lebih hebat dariku. Itu membuatku berpikir ribuan kali untuk bersikap sombong. Apa hal yang bisa kusombongkan? Aku tak punya apa-apa, dan bahkan tak bisa apa-apa.
Ya, sometimes, I just feel that I am no one, nothing. Aku merasa begitu tertinggal dengan banyak teman-temanku. Aku merasa payah. Tak bisa apa-apa. Tak bisa jadi bermanfaat untuk banyak orang. Satu-satunya orang yang paling membutuhkanku mungkin hanya anakku. Dia satu-satunya alasanku untuk hidup lama. Karena mungkin tak ada orang lain yang bisa mencintainya seperti aku mencintainya. Semoga aku bisa terus menjaganya, hingga ia dewasa nanti.
Thank you, my son, thank you for being here with me now, in this condition.
Komentar
Posting Komentar