Langsung ke konten utama

Tips Menghadapi Quarter Life Crisis

Malam itu, seperti biasa, aku dan beberapa kawanku berkumpul di sebuah kafe. Bukan untuk sekadar temu kangen, kami biasa berbagi keluh kesah, dari mulai persoalan kerja, keluarga, asmara, politik hingga berbagai isu terkini.

Di antara semua obrolan, ada satu hal yang membuat miris, tapi terkadang kami tertawakan bersama, ya, obrolan tentang quarter life crisis. Masalah kami memang berbeda, tapi kami semua sama-sama pernah merasa berada di titik terendah. Beberapa kawan bahkan sampai berpikir untuk mengakhiri hidupnya. Untungnya, itu hanya berada di tingkat niat saja dan tak pernah terealisasi.

Dan untungnya, kami bisa berkumpul bersama, saling berbagi, sehingga bisa saling support satu sama lain, dan tentu saja, bisa menghalangi pikiran-pikiran untuk bunuh diri. Setidaknya, kami menyadari bahwa "kamu tidak sendiri, ada aku di sini."

Dari obrolan kami, setidaknya aku bisa menarik beberapa tips untuk menghadapi quarter life crisis:   

Terima dan cintai diri sendiri
Hal pertama yang perlu kamu lakukan adalah menerima dirimu. Menerima semua keputusan yang telah kamu ambil. Menerima semua kesalahan-kesalahan yang pernah kamu lakukan, kemudian cobalah mencintai diri sendiri. Hargai setiap proses yang telah kamu lakukan, kemudian berterimakasihlah karena sudah mampu bertahan hingga saat ini.

Akui bahwa dirimu sedang tidak baik-baik saja
Ga apa-apa kok mengakui bahwa kita sedang tidak baik-baik saja. Merasa depresi atau stress bukan aib. Dengan mengakui bahwa kamu sedang tidak baik-baik saja, maka kamu akan menyadari bahwa kamu butuh dukungan dan pertolongan. 

Keluar dari circle toxic-mu
Salah satu penyebab stres dan depresi bisa jadi adalah circle pertemanan atau lingkunganmu yang toxic. Cobalah keluar dari circle pertemanan dan lingkungan yang cenderung negatif. Kemudian carilah lingkungan baru yang penuh dengan energi positif dan membuatmu bersemangat.

Ceritakan permasalahanmu ke keluarga atau teman dekat
Salah satu cara mengatasi stres dan depresi adalah bercerita, membagikan keluh kesah kepada keluarga atau orang terdekatmu. Mungkin ada sebagian orang yang mampu menyelesaikan masalahnya sendirian. Tapi jika tak mampu menyelesaikan problematikamu sendirian, maka berbagilah. Berceritalah kepada keluarga, pasangan, atau teman dekatmu. Intinya, berbagilah, jangan pendam masalahmu sendirian.

Menulis dan membuat jurnal
Hargai setiap pekerjaan yang kamu lakukan. Tuliskan semua keluh kesahmu di sebuah catatan. Tulislah apa hal baik yang telah kamu lakukan hari ini. Itu bisa membuatmu merasa lebih baik karena bisa membuatmu menyadari bahwa kamu sangat bermakna, baik bagi diri sendiri maupun orang lain. 

Berkonsultasi dengan psikolog atau bahkan psikiater
Menurutku ini tahap yang paling tinggi. Saat kita tak bisa menyelesaikan penyakit psikis ini sendirian, apalagi orang di sekitar kita pun tak banyak membantu, maka berkonsultasilah dengan psikolog atau bahkan psikiater. Mereka tentu lebih memahami berbagai persoalan kesehatan mental sehingga dapat memberimu saran yang baik. 

Itu saja dariku, semoga kita semua sehat selalu, baik jasmani maupun rohani. 
Semangat menghadapi quarter life crisis. Kita semua manusia-manusia hebat dan kuat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

As-Sam'iyyat

As-Sam’iyyaat Temen-temen pernah denger istilah As-sam’iyyat? Mungkin sebagian dari kita udah nggak asing lagi dengan istilah ini, As-Sam’iyyat merupakan perkara yang tidak dapat digambarkan dengan pancaindera manusia dan hanya dapat diketahui melalui al-quran dan al-hadis. Adapun perkara-perkara yang termasuk as-sam’iyyat adalah alam kubur, hari kiamat, malaikat, jembatan sirath, padang mahsyar, surga dan neraka. Bahkan, jin, dan setan juga merupakan perkara as-sam’iyyat karena kita tidak dapat melihatnya dengan kasat mata kecuali dengan kekuasaan Allah. Kita sebagai umat muslim wajib untuk meyakini akan adanya as-sam’iyyat walaupun hal tersebut hanya dapat kita dengar dari al-quran dan hadits. Dalil kewajiban beriman dengan perkara sam’iyat seperti yang Allah firmankan di dalam Al-quran : الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ “(yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebah

Ibnu Qutaibah dan Ilmu Musykil al-Qur’an: Dialektika antara Akal dan Teks

Pendahuluan Al-Qur’an telah diturunkan oleh Allah Swt dengan jelas dan terperinci, kandungannya benar dan jauh dari kesalahan. Apabila manusia yang membuat a l-Qur’an, tentu saja ada berbagai pertentangan di dalamnya. Sebagaimana firman Allah Swt dalam surat al -Nisa ayat 82: أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللَّهِ لَوَجَدُوا فِيهِ اخْتِلَافًا كَثِيرًا “ Maka apakah mereka tidak memperhatikan al- Qur ’ an? Kalau kiranya al- Qur ’ an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat i pertentangan yang banyak di dalamnya. ” (QS. Al-Nisa’: 82) Oleh karena itu, para ulama menggunakan kata “musykil” pada ilmu al-Qur’an ( musykil al-qur’an ), bukan mukhtalaf sebagaimana yang digunakan dalam pembahasan ilmu hadis ( mukhtalaf al-hadits ). Hal ini dikarenakan a l-Qur’an adalah haq , tidak ada pertentangan di dalamnya, berbeda dengan hadis yang masih bisa diperdebatkan. Meskipun demikian, tidak semua ayat a l-Qur’an dapat dipahami secara lang

Sunnah-Sunnah Sholat Menurut para Imam Madzhab

Shalat merupakan  kewajiban seorang muslim kepada Tuhannya, Allah. Ibadah inilah yang paling pertama akan dihisab di akhirat kelak, sebagaimana sabda Rasulullah Saw: إِنَّ أَوَّلَ مَايُحَاسَبُ بِهِ النَّاسُ بِهِ يَوْمَ القِيَامَةِ مِنْ أَعْمَالِهِمْ الصَّلاة “Sesungguhnya yang pertama kali akan dihisab dari amal perbuatan manusia pada hari kiamat adalah sholatnya.” Nah, sudahkah kita memahami betul perkara-perkara sholat? Kali ini saya akan berbagi sedikit ilmu yang pernah saya pelajari ketika belajar di TMI Pesantren Modern Daarul Uluum Lido dalam kitab “Al-Fiqhu ‘alaa Madzaahibil Arba’ah” (Imam Syafi’i, Imam Maliki, Imam Hanifah dan Imam Hanbali) karya Abdurrahman Al-Jaziri. Terkadang kita menyepelekan dan mengabaikan perkara-perkara sunnah dalam sholat, memang kita tidak berdosa jika meninggalkan perkara sunnah, namun hal ini tentu akan merugikan kita. Menurut Imam Syafi’i dan Hanbali Sesungguhnya barangsiapa yang meninggalkan sunnah-sunnah shalat, Allah SWT tidak membe