Langsung ke konten utama

Buatku Ini Hikmah Corona di Bulan Ramadan

Sebelumnya sama sekali ga nyangka pandemi corona bakal nyebar ke seantero negeri. Berbagai agenda yang sudah disusun seketika dibatalkan, ditunda hingga jangka waktu yang tak ada seorang pun yang tau.

Karena kedatangan corona ini, aku jadi bener-bener menyadari bahwa Allah Swt dengan mudah membolak-balikkan keadaan. Hanya dengan makhluk yang tak bisa hidup tanpa inang, Allah bisa memperlihatkan kepada manusia bahwa mereka lemah sekali.

Semuanya jadi berbalik, dulu orang-orang berlomba-lomba dan berbangga bisa keluar negeri, tapi sekarang orang yang baru pulang dari luar negeri langsung dicap ODP. Dulu saat masjid dibuka 24 jam, orang-orang malas datang ke masjid dan lebih memilih salat di rumah, atau bahkan belanja ke mall. Tapi saat ada anjuran salat di rumah, orang-orang malah ingin salat di masjid.

Biarpun gitu, adanya virus corona tentu mendatangkan hikmah. Apalagi di bulan Ramadan seperti ini.

Udah sekitar dua bulan aku berdiam diri di rumah, hal yang mustahil terjadi di hari biasa, karena aku harus kerja. Kita sekeluarga punya kesibukan masing-masing, orangtua kerja, adikku-adikku sekolah, ada yang di pesantren, ada yang kuliah, sedangkan aku kerja. Kita sekeluarga ketemu full team cuma setahun dua kali, pas libur semester dan libur lebaran. Itu pun ga full setiap hari, karena ada aja di antara kita yang milih liburan bareng temen, atau orangtua ada kerjaan mendadak, dll.

Tapi sekarang kita bisa kumpul tiap hari, bahkan bisa buka puasa bareng keluarga tiap hari. Padahal di Ramadan biasa, kita cuma bisa buka puasa bareng beberapa kali aja.

Meskipun galau banget karena pandemi ini, tapi aku bersyukur sekali punya kesempatan memaksimalkan ibadah bulan Ramadan kali ini.

Semenjak lulus pesantren, dalam sebulan Ramadan ada aja bolong tarawehnya, entah karena tugas kuliah, kerja, atau reuni-reuni dan bukber. Tapi alhamdulillah Ramadan kali ini bisa tarawih berjamaah tiap hari, tanpa alfa sehari pun.

Ga perlu juga bukber sana sini yang akhirnya malah bikin males taraweh atau bikin kantong jebol karena ngeluarin banyak uang.

Apapun yang terjadi di dunia ini pasti mengandung hikmah, cukup dinikmati dan disyukuri.
Alhamdulillahiladzi bi ni'matihi tatimmus shalihat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Klasifikasi Hadith Berdasarkan Jumlah Perawi dan Cara Penyampaiannya

BAB I PENDAHULUAN                    I.             Latar Belakang Hadits merupakan pedoman hidup yang utama setelah Al-Qur’an, maka dari mempelajarinya merupakan suatu kebutuhan. Untuk memahami hadits diperlukan adanya ilmu dasar yang disebut dengan Mustholah Hadits. Berbeda dengan Al-Qur’an yang bersifat qoothi’ul  wuruud, hadits bersifat dzhonniyul wuruud , sehingga hadits memiliki derajat yang berbeda-beda. Salah satu pembahasan dalam ilmu hadits adalah klasifikasi hadits berdasarkan jumlah perawi yang meriwayatkannya. Semakin banyak periwayat yang meriwayatkan, maka semakin besar juga kemungkinan Klasifikasi ini dibagi menjadi dua, yaitu hadits yang mutawatir dan hadits ahad . Hadits ahad terbagi lagi menjadi tiga yaitu masyhur , aziz dan ghorib. Adanya klasifikasi ini untuk membantu ulama hadits dalam menentukan apakah k...

Ibnu Qutaibah dan Ilmu Musykil al-Qur’an: Dialektika antara Akal dan Teks

Pendahuluan Al-Qur’an telah diturunkan oleh Allah Swt dengan jelas dan terperinci, kandungannya benar dan jauh dari kesalahan. Apabila manusia yang membuat a l-Qur’an, tentu saja ada berbagai pertentangan di dalamnya. Sebagaimana firman Allah Swt dalam surat al -Nisa ayat 82: أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللَّهِ لَوَجَدُوا فِيهِ اخْتِلَافًا كَثِيرًا “ Maka apakah mereka tidak memperhatikan al- Qur ’ an? Kalau kiranya al- Qur ’ an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat i pertentangan yang banyak di dalamnya. ” (QS. Al-Nisa’: 82) Oleh karena itu, para ulama menggunakan kata “musykil” pada ilmu al-Qur’an ( musykil al-qur’an ), bukan mukhtalaf sebagaimana yang digunakan dalam pembahasan ilmu hadis ( mukhtalaf al-hadits ). Hal ini dikarenakan a l-Qur’an adalah haq , tidak ada pertentangan di dalamnya, berbeda dengan hadis yang masih bisa diperdebatkan. Meskipun demikian, tidak semua ayat a l-Qur’an dapat dipahami secara lang...

Sunnah-Sunnah Sholat Menurut para Imam Madzhab

Shalat merupakan  kewajiban seorang muslim kepada Tuhannya, Allah. Ibadah inilah yang paling pertama akan dihisab di akhirat kelak, sebagaimana sabda Rasulullah Saw: إِنَّ أَوَّلَ مَايُحَاسَبُ بِهِ النَّاسُ بِهِ يَوْمَ القِيَامَةِ مِنْ أَعْمَالِهِمْ الصَّلاة “Sesungguhnya yang pertama kali akan dihisab dari amal perbuatan manusia pada hari kiamat adalah sholatnya.” Nah, sudahkah kita memahami betul perkara-perkara sholat? Kali ini saya akan berbagi sedikit ilmu yang pernah saya pelajari ketika belajar di TMI Pesantren Modern Daarul Uluum Lido dalam kitab “Al-Fiqhu ‘alaa Madzaahibil Arba’ah” (Imam Syafi’i, Imam Maliki, Imam Hanifah dan Imam Hanbali) karya Abdurrahman Al-Jaziri. Terkadang kita menyepelekan dan mengabaikan perkara-perkara sunnah dalam sholat, memang kita tidak berdosa jika meninggalkan perkara sunnah, namun hal ini tentu akan merugikan kita. Menurut Imam Syafi’i dan Hanbali Sesungguhnya barangsiapa yang meninggalkan sunnah-sunnah shalat, Allah SWT tidak m...