Sejak dulu aku selalu percaya ada kekuatan spiritual dalam setiap langkah kehidupan manusia. Kalau sedang jauh dengan sang pemilik kekuatan itu, pasti ada aja urusan yang terhambat. Aku akui, aku bukan orang pintar apalagi cerdas. Seringkali aku merasa kesulitan memahami materi pelajaran. Bahkan aku pernah sampai menangis karena tidak bisa mengerjakan soal matematika. Saat MI dulu aku baru satu kali menyabet rangking pertama, posisiku selalu ada di rangking kedua, kalah dengan kawan jeniusku, Nurma namanya. Dia bahkan selalu berhasil membuatku envy , dia bisa melanjutkan pendidikannya ke Insan Cendikia dan Institut Pertanian Bogor (IPB). Dua lembaga pendidikan yang juga aku impi-impikan. Sedangkan aku? Setelah lulus MI aku harus melanjutkan pendidikan ke sebuah pondok pesantren. Paksaan dari kedua orangtuaku. Pernah aku marah karena nggak mau masuk pesantren, tapi ayahku malah mengancam "Mau bapak sekolahin ngga? kalau ngga mau pesantren yaudah ga usah sekolah" Ancama...