Langsung ke konten utama

Inilah Aku, yang Masih Mencari Tahu Siapa Aku


Assalamualaikum
Pertama mau bilang ini tulisan gak penting sih, isinya cuma curhatan ga jelas aja hehe. Jadi kalau kalian lagi sibuk ga usah baca tulisan ini, kecuali kalau mau kepoin aku, loh haha. Lebih enak sih nulis di blog ketimbang di media sosial. Pertama di blog aku bisa nulis panjang, terus ga banyak yang baca, kalau media sosial kan terlalu umum dan pasti banyak yang komen. Kalau blogku paling viewersnya 16 orang, itu juga gatau siapa yang baca, si doi aja ga akan baca tulisan di blogku kan. Eh btw siapa kali ya doinya. haha

Udah lama pengen nulis di blog lagi, cuma terhambat sama beberapa kesibukan yang udah teriak-teriak minta diselesain. Ini juga mau nulis tapi gatau kenapa tangannya sakit, plus lemes juga ngetik doang ga kuat masa. L

Sebelumnya aku mau berterimakasih sama Allah, Alhamdulillah wa syukrulillah di tahun ini Allah masih memberikanku kesempatan untuk menghembuskan nafas, melihat orang-orang yang aku cintai, berada di sekeliling kawan-kawan yang dekat dengan ilmu. Ga kerasa usiaku udah 23, lumayan tuwir juga.

Dulu tetehku umur 21 udah wisuda dan nikah di usia 22. Aku usia 23 tahun belum lulus kuliah dan masih mondok, apalagi nikahnya, entah kapan itu masih misteri. Hmm terus apakah aku merasa terlambat wisuda atau nikah? Ngga juga sih, setiap orang punya jalannya masing-masing dan aku menikmati semua proses yang kulalui, aku bersyukur atas setiap hari yang aku jalani, ilmu baru, pengalaman baru, skill baru dan teman baru.

Aku udah berusaha sebaik mungkin menggunakan waktu, tapi selalu aja ngerasanya aku belum bisa apa-apa. Kadang ngerasanya ingin ini ingin itu banyak sekali. Tapi itu sih PR buatku dari dulu, terus mencari jati diri yang sebenernya. Siapa aku? Apa kemampuanku? Apa hobiku? Mau jadi apa ke depannya?

Sumpah memahami diri sendiri itu rumit banget, sejak SD selalu bertanya-tanya mau jadi apa. Pas mondok selalu enjoy belajar, ga mikirin mau jadi apa, yang penting aku rajin belajar. Hobinya belajar aja pokoknya. Ga lupa juga mencari-cari sebenernya skill aku ini di mana. Mulailah ikut ekskul ini itu, mulai dari kaligrafi, sulam, tata boga, badminton, klub nulis sampe paskibra.

Tapi ternyata aku ga bakat olah raga, main basket bolanya ga pernah masuk, main badminton tangannya malah sakit, apa atuh aku mah cuma bisa olahraga lari doang. Pengen ikut klub yang musik-musik gtu juga suara aku pas-pasan, belajar qori juga ga kuat nafasnya. Duh sebenernya aku bisa apa?

Tapi yang aku tau aku suka bergelut di bidang kesenian, dari SD udah suka kaligrafi karena mama dulu guru kaligrafi juga, jadi sering deh bikin karya-karya buat ditempel di kelas. Di pondok dulu beberapa kali juga ikut lomba kaligrafi dan alhamdulillah selalu bagus hasilnya. Jadilah pas kelas 5 aku dan beberapa temen yang minat di bidang kesenian bikin grup, waktu itu kebetulan pas vooting aku kepilih buat jadi koordinator.

Tapi semenjak kuliah skill kaligrafi udah ga pernah diasah lagi, gatau masih bisa apa ngga, dulu sempet kefikiran buat ikut lemka. Tapi biaya daftarnya terlalu mahal di kantong buat aku waktu itu, belum lagi harus nyisihin waktu juga kan buat kursus. Jadilah sekarang udah bener2 ngelepas skill kaligrafi.

Dulu juga sempet ikutan tata boga, tapi sampe sekarang aku ga hobi main di dapur ternyata hehe. Padahal pengen banget bisa bikin kue-kue atau masakan enak, biar nanti suami seneng gtu terus betah di rumah, hehe. Tapi mungkin sekarang belum kali ya, gatau kalau besok.

Pernah juga ikutan ekskul menyulam, tapi ternyata aku ga cukup sabar buat nyelesain satu sulaman aja yang lamanya masyaallah. Dulu juga pernah ikut paskibra, lumayan enjoy sih tapi skill itu ga bisa bertahan lama di aku. Karena saking lamanya ga latihan akhirnya lupa juga.

Pas kelas dua tsanawiyah ada klub baru yang namanya Al-Ma’had, grup pers ma’had gitu. Waktu itu masih baru banget dan baru nerbitin buletin aja. Tapi seneng aja liat mereka, dengan seragam item-item pasti selalu diistimewakan di setiap event. Bisa foto sana-sini, wawancara ini itu dan yang pasti tulisan mereka diterbitin dan bisa dibaca banyak orang. Pas naik kelas tiga, al-Ma’had open recrutment anggota, tapi aku urungkan waktu itu lantaran mau fokus buat Ujian Nasional.

Di tahun berikutnya, pas kelas empat, baru deh aku daftar pas ada oprec, gatau tesnya apa waktu itu, kayaknya nulis sih, tapi alhamdulillah keterima waktu itu. Dulu kita cuma punya kantor kecil di belakang rumah yai, ukurannya sekitar 2x4 meter, tapi segitu juga udah seneng, seenggaknya ada tempat buat ruang produksi yang waktu itu cuma ada komputer dan printer.

Baru satu kali terbit, entah kenapa waktu itu kita mengalami masa jumud. Kalau nggak salah karena pimpinan umumnya mengundurkan diri, entah karena alasan apa. Begitu terus, sampai aku kelas lima dan diambil alih sama pemimpin yang baru.

Terlalu panjang kalau ceritain jatuh bangunnya buat buletin al-Ma’had yang sekarang udah bertransformasi jadi majalah al-Ma’had. Pas tahun 2013 pun aku menjabat sebagai pemimpin redaksi sampai 2014, tahun aku memutuskan untuk pergi meninggalkan pondok tercinta, Daarul Uluum Lido.

Semenjak masuk al-Ma’had, jiwa-jiwa pengen bisa nulis udah muncul, terus terbesit di fikiran “Ah, aku mau jadi penulis”. Semenjak itu jadi hobi gitu di bidang jurnalistik, ditambah banyak motivasi juga dari orang sekitar, bahkan sekarang ambil kuliah di bidang jurnalistik. Tapi menggeluti semua kegiatan di bidang jurnalistik rasanya berat juga, karena ga semua skillnya aku miliki.

Dulu pas mau kuliah super bingung mau ambil jurusan apa, berhubung aku lebih bisa menyesuaikan diri di bidang agama jadi sempet kefikiran mau ambil jurusan agama aja, berniat mau ke Mesir, tapi waktu itu urung karena pihak pondok ga menyanggupi ngirim santrinya ke Mesir lantaran Mesir lagi ada konflik waktu itu.

Jadilah aku ngabdi di pondok dulu selama setahun, sambil ngajar pondok juga kuliahin aku di salah satu universitas swasta di Bogor, waktu itu ambil jurusan Manajemen Pendidikan. Tapi ternyata aku ga enjoy juga menjalaninya, termasuk ga enjoy juga ngajar setiap hari.

Setiap malem selalu mikirin mau ngajar apa besok, ngapain aja di kelas, strategi apa yang harus difikirin supaya murid ga tidur dan ga bete, segala rupa pokoknya. Aku merasa ngajar bukan passionku karena aku selalu beban menjalaninya. L

Ya, kunci segala sesuatu adalah cinta, kalau ga cinta, cuma terpaksa pasti berat. Aku belum dapat kuncinya waktu itu.

Nah, ada kisah unik lagi, pas lagi di kelas kuliahan. Gatau aku lagi bengong atau knapa waktu itu sampe ditanya dosen, kamu mau jadi apa nanti? Duh ini pertanyaan terhoror dari dlu yang aku sendiri gatau jawabannya L . Gatau waktu itu lagi nyeletuk atau apa emang jawaban dari lubuk hati yang terdalam, masa aku jawabnya “Mau jadi perawat”. Duh haha jawaban macam apa itu. Seketika orang sekelas ketawa, dosennya ketawa juga sambil bingung “Lah, kalau mau jadi perawat kenapa kamu ambil kuliah jurusan ini?” Aku jawab aja sekenanya, “Yah ini terpaksa karena didaftarin pondok pak”. Akhirnya satu tahun kemudian aku memutuskan meninggalkan kampus legendaris itu dan justru bukan ambil jurusan keperawatan juga. Duh ga ngerti lagi sama diri ini yang super labil haha.

Ah terlalu panjang rasanya menulis tentang perjalanan mencari jati diri. Sampai sekarang pun aku masih mencari-cari siapa aku sebenernya. Ya, di usia yang beberapa hari lalu baru beranjak 23 tahun aku masih tersesat. Tapi aku ga pernah lelah untuk mencari, mencari tahu siapa aku, untuk apa aku hidup dan mencari alasan mengapa aku diciptakan. Semoga ke depannya aku bisa mengerti, mengerti diri dan mengerti tuhan yang punya alasan mengapa menciptakan diri ini.

Segitu dulu curhatnya, sambung nanti.





Komentar

Postingan populer dari blog ini

As-Sam'iyyat

As-Sam’iyyaat Temen-temen pernah denger istilah As-sam’iyyat? Mungkin sebagian dari kita udah nggak asing lagi dengan istilah ini, As-Sam’iyyat merupakan perkara yang tidak dapat digambarkan dengan pancaindera manusia dan hanya dapat diketahui melalui al-quran dan al-hadis. Adapun perkara-perkara yang termasuk as-sam’iyyat adalah alam kubur, hari kiamat, malaikat, jembatan sirath, padang mahsyar, surga dan neraka. Bahkan, jin, dan setan juga merupakan perkara as-sam’iyyat karena kita tidak dapat melihatnya dengan kasat mata kecuali dengan kekuasaan Allah. Kita sebagai umat muslim wajib untuk meyakini akan adanya as-sam’iyyat walaupun hal tersebut hanya dapat kita dengar dari al-quran dan hadits. Dalil kewajiban beriman dengan perkara sam’iyat seperti yang Allah firmankan di dalam Al-quran : الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ “(yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebah

Ibnu Qutaibah dan Ilmu Musykil al-Qur’an: Dialektika antara Akal dan Teks

Pendahuluan Al-Qur’an telah diturunkan oleh Allah Swt dengan jelas dan terperinci, kandungannya benar dan jauh dari kesalahan. Apabila manusia yang membuat a l-Qur’an, tentu saja ada berbagai pertentangan di dalamnya. Sebagaimana firman Allah Swt dalam surat al -Nisa ayat 82: أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللَّهِ لَوَجَدُوا فِيهِ اخْتِلَافًا كَثِيرًا “ Maka apakah mereka tidak memperhatikan al- Qur ’ an? Kalau kiranya al- Qur ’ an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat i pertentangan yang banyak di dalamnya. ” (QS. Al-Nisa’: 82) Oleh karena itu, para ulama menggunakan kata “musykil” pada ilmu al-Qur’an ( musykil al-qur’an ), bukan mukhtalaf sebagaimana yang digunakan dalam pembahasan ilmu hadis ( mukhtalaf al-hadits ). Hal ini dikarenakan a l-Qur’an adalah haq , tidak ada pertentangan di dalamnya, berbeda dengan hadis yang masih bisa diperdebatkan. Meskipun demikian, tidak semua ayat a l-Qur’an dapat dipahami secara lang

Sunnah-Sunnah Sholat Menurut para Imam Madzhab

Shalat merupakan  kewajiban seorang muslim kepada Tuhannya, Allah. Ibadah inilah yang paling pertama akan dihisab di akhirat kelak, sebagaimana sabda Rasulullah Saw: إِنَّ أَوَّلَ مَايُحَاسَبُ بِهِ النَّاسُ بِهِ يَوْمَ القِيَامَةِ مِنْ أَعْمَالِهِمْ الصَّلاة “Sesungguhnya yang pertama kali akan dihisab dari amal perbuatan manusia pada hari kiamat adalah sholatnya.” Nah, sudahkah kita memahami betul perkara-perkara sholat? Kali ini saya akan berbagi sedikit ilmu yang pernah saya pelajari ketika belajar di TMI Pesantren Modern Daarul Uluum Lido dalam kitab “Al-Fiqhu ‘alaa Madzaahibil Arba’ah” (Imam Syafi’i, Imam Maliki, Imam Hanifah dan Imam Hanbali) karya Abdurrahman Al-Jaziri. Terkadang kita menyepelekan dan mengabaikan perkara-perkara sunnah dalam sholat, memang kita tidak berdosa jika meninggalkan perkara sunnah, namun hal ini tentu akan merugikan kita. Menurut Imam Syafi’i dan Hanbali Sesungguhnya barangsiapa yang meninggalkan sunnah-sunnah shalat, Allah SWT tidak membe