Langsung ke konten utama

Adzab Bagi Orang yang Bunuh Diri

Manusia dan masalah
Hidup tentu tak selalu lurus, laiknya jalan yang berliku-liku, berbagai masalah dan cobaan muncul dalam setiap kehidupan insan. Masalah merupakan tanda kehidupan, tanpa masalah seorang manusia hanyalah benda mati. Namun, ada yang mampu menghadapi masalahnya dengan baik, ada yang membuatnya lebih buruk, bahkan ada pula yang menyerah dengan cara mengakhiri hidupnya.
Seseorang yang telah menyatakan dirinya beriman kepada Allah tidak serta merta diberikan kemudahan dan kebaikan oleh Allah, melainkan akan diberikan cobaan, hal itu merupakan bukti kecintaan Allah kepada hambanya, sebagaimana firman Allah SWT :
حَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَأَ
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? (QS Al-Ankabut:2)

            Allah sangat membenci orang yang bunuh diri, karena bunuh diri adalah tanda putus asa, sedangkan Allah melarang hambanya berputus asa.
            Larangan bunuh diri tercantum dalam firman Allah SWT :

وَلَا تَقْتُلُوا أَنْفُسَكُمْ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيمًا
           
Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. (QS An-Nisa 29)

Lalu, apakah adzab bagi orang yang bunuh diri?
Orang yang membunuh dirinya sendiri di akhirat kelak akan diadzab sebagaimana caranya membunuh dirinya, sebagaimana sabda Rasulullah SAW :

حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ مَنِيْعٍ. حَدَّثَنَا عُبَيْدَةُ بْنُ حُمَيْدِ عَنْ الاَعْمَشِ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَرَاهُ رَفَعَهُ قَالَ : مَنْ قَتَلَ نَفْسَهُ بِحَدِيْدَةٍ جَاءَ يَوْمَ القِيَامَةِ وَحَدِيْدَتُهُ فِي يَدِهِ يَتَوَجَّأُ بِهَا فِي بَطْنِهِ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدًا مُخَلَّدًا أَبَدًا, وَ مَنْ قَتَلَ نَفْسَهُ بِسُمٍّ فَسُمُّهُ فِي يَدِهِ يَتَحَسَّاهُ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدًا مُخَلَّدًا أَبَدًا (رواه التّرميذى)

Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Mani’, telah menceritakan kepada kami Úbaidah bin Humaid dari Al-A’masy dari Abi Sholih dari Abi Hurairah aku berpendapat ia memarfu’kan hadisnya, ia berkata “Barangsiapa membunuh dirinya sendiri dengan benda tajam, maka ia akan datang pada hari kiamat dengan benda tajamnya di tangannya sambil ia tusukkan ke perutnya di neraka jahannam selama-lamanya, dan barang siapa membunuh dirinya sendiri dengan racun, maka dia (akan datang di hari kiamat) dengan racunnya di tangannya sambil ia teguk di neraka jahannam selama-lamanya (HR Tirmidzi).

Sedangkan dalam riwayat lain berbunyi:

حدَّثَنَا مَحْمُوْدُ بْنُ غَيْلانَ. حَدَّثَنَا أَبُو دَاوُدَ عَنْ شُعْبَةَ عَنِ الاَعْمَشِ قَالَ : سَمِعْتُ اَبَا صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : مَنْ قَتَلَ نَفْسَهُ بِحَدِيْدَةٍ جَاءَ يَوْمَ القِيَامَةِ وَحَدِيْدَتُهُ فِي يَدِهِ يَتَوَجَّأُ بِهَا فِي بَطْنِهِ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدًا مُخَلَّدًا أَبَدًا, وَ مَنْ قَتَلَ نَفْسَهُ بِسُمٍّ فَسُمُّهُ فِي يَدِهِ يَتَحَسَّاهُ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدًا مُخَلَّدًا أَبَدًا, وَمَنْ تَرَدَّى مِنْ جَبَلٍ فَقَتَلَ نَفْسَهُ فَهُوَ يَتَرَدَّى فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدًا مُخَلَّدًا أَبَدًا (رواه التّرميذى)
Telah menceritakan kepada kami Mahmud bin Ghoilan, telah menceritakan kepada kami Abu Daud dari Syu’bah dari Al-A’masy, ia berkata “Saya mendengar Abi Shalih dari Abi Hurairah sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda “Baragsiapa membunuh dirinya sendiri dengan benda tajam maka ia akan datang pada hari kiamat dengan benda tajamnya di tangannya sambil ia tusukkan ke perutnya di neraka jahannam selama-lamanya, dan barang siapa membunuh dirinya sendiri dengan racun, maka dia (akan datang di hari kiamat) dengan racunnya di tangannya sambil ia teguk di neraka jahannam selama-lamanya, dan barang siapa melompat dari gunung untuk membunuh dirinya sendiri, maka ia melompat di neraka jahannam selama-lamanya. (HR Tirmidzi).
           
Betapa buruknya nasib orang yang bunuh diri, di dunia ia berputus asa hingga mengakhiri hidupnya, sedangkan di akhirat ia tidak mendapatkan jalan keluar dari masalahnya di dunia, melainkan akan diadzab dengan adzab yang pedih, ia akan menyiksa dirinya sendiri sebagaimana ia membunuh dirinya dan ia kekal di neraka.
Bayangkan betapa sakitnya mati dalam keadaan mengenaskan, di akhirat kelak orang yang bunuh diri dengan pisau akan bangkit dengan membawa pisau di tangannya sambil ia tusukkan ke tubuhnya di neraka jahannam, lalu ia mati dan dihidupkan kembali, kemudian mengulang hal itu berkali-kali sedang ia kekal di neraka.
Takwa dan jalan keluar permasalahan
Tujuan hidup yang salah membuat manusia tidak pernah puas dengan hasil yang ia dapatkan, misalnya ketika tujuan hidup seseorang adalah kedudukan dan kekayaan, sekalipun ia sudah mendapatkannya, belum tentu ia merasakan kebahagiaan. Jika tujuan hidup hanyalah perkara duniawi, maka akan ada ruang kosong dalam hati yang tidak terpenuhi, yaitu ruang spiritual antara seorang hamba dengan tuhannya. Buktinya, Jepang yang terkenal akan kemajuan peradabannya ternyata merupakan negara dengan jumlah kasus bunuh diri terbanyak di dunia.
            Orang yang bunuh diri tentu saja iman dan ketakwaannya lemah, karena ia berputus asa dan tidak mempercayai pertolongan Allah. Orang yang senantiasa dekat dengan Allah akan percaya bahwa segala sesuatu datang dari Allah dan merupakan ketentuan dari-Nya, apabila ia bertaqwa maka Allah SWT akan memberikan jalan keluar dari berbagai permasalahannya. Sebagaimana firman-Nya:
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا
Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. (QS At-Tholaq : 2)

            Musibah adalah bukti kecintaan Allah kepada makhluknya, sebagaimana pelangi yang muncul setelah petir, gemuruh dan hujan, Allah juga menyiapkan jalan keluar bagi hamba yang senantiasa bertakwa kepada-Nya saat diuji oleh musibah. Maka, hendaklah setiap umat muslim bertakwa kepada Allah.
Semoga kita terhindar dari putus asa dan senantiasa bertakwa kepada Allah dalam senang maupun susah, dalam luang maupun sempit.

Wallahu a’lam bisshowaab

Komentar

Postingan populer dari blog ini

As-Sam'iyyat

As-Sam’iyyaat Temen-temen pernah denger istilah As-sam’iyyat? Mungkin sebagian dari kita udah nggak asing lagi dengan istilah ini, As-Sam’iyyat merupakan perkara yang tidak dapat digambarkan dengan pancaindera manusia dan hanya dapat diketahui melalui al-quran dan al-hadis. Adapun perkara-perkara yang termasuk as-sam’iyyat adalah alam kubur, hari kiamat, malaikat, jembatan sirath, padang mahsyar, surga dan neraka. Bahkan, jin, dan setan juga merupakan perkara as-sam’iyyat karena kita tidak dapat melihatnya dengan kasat mata kecuali dengan kekuasaan Allah. Kita sebagai umat muslim wajib untuk meyakini akan adanya as-sam’iyyat walaupun hal tersebut hanya dapat kita dengar dari al-quran dan hadits. Dalil kewajiban beriman dengan perkara sam’iyat seperti yang Allah firmankan di dalam Al-quran : الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ “(yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebah

Ibnu Qutaibah dan Ilmu Musykil al-Qur’an: Dialektika antara Akal dan Teks

Pendahuluan Al-Qur’an telah diturunkan oleh Allah Swt dengan jelas dan terperinci, kandungannya benar dan jauh dari kesalahan. Apabila manusia yang membuat a l-Qur’an, tentu saja ada berbagai pertentangan di dalamnya. Sebagaimana firman Allah Swt dalam surat al -Nisa ayat 82: أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللَّهِ لَوَجَدُوا فِيهِ اخْتِلَافًا كَثِيرًا “ Maka apakah mereka tidak memperhatikan al- Qur ’ an? Kalau kiranya al- Qur ’ an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat i pertentangan yang banyak di dalamnya. ” (QS. Al-Nisa’: 82) Oleh karena itu, para ulama menggunakan kata “musykil” pada ilmu al-Qur’an ( musykil al-qur’an ), bukan mukhtalaf sebagaimana yang digunakan dalam pembahasan ilmu hadis ( mukhtalaf al-hadits ). Hal ini dikarenakan a l-Qur’an adalah haq , tidak ada pertentangan di dalamnya, berbeda dengan hadis yang masih bisa diperdebatkan. Meskipun demikian, tidak semua ayat a l-Qur’an dapat dipahami secara lang

Sunnah-Sunnah Sholat Menurut para Imam Madzhab

Shalat merupakan  kewajiban seorang muslim kepada Tuhannya, Allah. Ibadah inilah yang paling pertama akan dihisab di akhirat kelak, sebagaimana sabda Rasulullah Saw: إِنَّ أَوَّلَ مَايُحَاسَبُ بِهِ النَّاسُ بِهِ يَوْمَ القِيَامَةِ مِنْ أَعْمَالِهِمْ الصَّلاة “Sesungguhnya yang pertama kali akan dihisab dari amal perbuatan manusia pada hari kiamat adalah sholatnya.” Nah, sudahkah kita memahami betul perkara-perkara sholat? Kali ini saya akan berbagi sedikit ilmu yang pernah saya pelajari ketika belajar di TMI Pesantren Modern Daarul Uluum Lido dalam kitab “Al-Fiqhu ‘alaa Madzaahibil Arba’ah” (Imam Syafi’i, Imam Maliki, Imam Hanifah dan Imam Hanbali) karya Abdurrahman Al-Jaziri. Terkadang kita menyepelekan dan mengabaikan perkara-perkara sunnah dalam sholat, memang kita tidak berdosa jika meninggalkan perkara sunnah, namun hal ini tentu akan merugikan kita. Menurut Imam Syafi’i dan Hanbali Sesungguhnya barangsiapa yang meninggalkan sunnah-sunnah shalat, Allah SWT tidak membe