Setiap manusia tentu saja ingin
mendapatkan keuntungan dalam segala hal, begitu pula dalam ibadah. Kita sering kali mencari
amalan yang utama untuk mendapatkan fadhilah dan pahala yang lebih besar. Nah,
ternyata sesuatu yang lebih banyak perbuatannya maka lebih banyak fadhilahnya, dan ada hal-hal sepele yang sering kita lewatkan padahal mengandung lebih banyak keutamaan. Mau tau?
Shalat witir secara terpisah (2 rakaat+1 rakaat) lebih baik
daripada meggabungnya menjadi 3 rakaat, karena shalat witir secara terpisah 2+1 lebih banyak
gerakan dan takbirnya. Yang lebih banyak perbuatannya, maka lebih banyak
fadhilahnya
Shalat witir berjumlah 3 rakaat lebih afdhal daripada lebih
banyak (misalnya 5 atau 7), karena Rasulullah SAW shalat witir sebanyak 3 rakaat tetapi secara
istiqomah.
Namun pendapat tersebut dhaif. Mengenai hal ini tidak ada
keterangan berapa rakaat yang paling afdhal, Imam Tirmidzi meriwayatkan
bahwasanya Rasulullah SAW bersabda “Witir itu 13, 11, 9, 7, 5, dan 1”. Maka,
jumlah rakaat yang paling sedikit adalah satu, dan lebih dari itu maka lebih
sempurna, namun terdapat hadits yang menyatakan bahwa witir yang paling utama dan sempurna adalah
11 rakaat. Aisyah RA berkata “Rasulullah menambahkan (shalatnya) pada bulan Ramadhan maupun bulan lainnya sebanyak 11 rakaat”.
Shalat dhuha 8 rakaat lebih afdhal dibandingkan 12 rakaat, karena hadits yang menyebutkan
jumlah terbanyak shalat dhuha 12 rakaat adalah dhaif. Tetapi
mengamalkan hadis dhoif untuk fadhilah amal dibolehkan.
Shalat witir lebih utama dibandingan shalat fajar (qobliah
shubuh). Ibnu Rif’ah berkata shalat witir lebih utama karena
rakaatnya yang ganjil dan sebelumnya didahului oleh sholat malam.
Karena Allah ganjil dan menyukai yang ganjil.
Shalat Ied lebih utama dari pada shalat khusuf
(gerhana bulan), walaupun
shalat khusuf lebih lama. (Karena disunnahkan membaca surat-surat yang panjang pada
shalat khusuf, sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Al-Buwaiti “Disunahkan
membaca surat al-baqoroh pada rakaat pertama, lalu pada rakaat kedua membaca
surat Ali Imran atau surat lainnya yang sesuai dengan kemampuan, pada rakaat
ketiga membaca surat An-Nisa atau surat lain semampunya, dan pada rakaat ke
empat membaca surat Al-Maidah atau surat lain semampunya). Adapun alasan shalat
ied lebih utama adalah karena shalat ied hukumnya sunnah muakkadah, sedangkan
shlalat khusuf hukumnya sunnah.
Namun, Syaikh Ibnu Hajar dalam
kitabnya “At-Tuhfah” berpendapat bahwa shalat khusuf lebih afdhal dari shalat
ied, karena waktunya menyerupai shalat fardhu, dan kemuliaan waktunya
Lebih utama yang
mana, Shalat Idul Adha atau Idul Fitri?
Jumhur ulama berpendapat bahwa shalat idul adha lebih utama dibandingkan shalat
ied fitri, karena shalat idul adha dilaksanakan pada bulan “nahr” di bulan suci
dan ketika itu terdapat dua ibadah yaitu haji dan qurban. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
إنّ أعظم الأيَّام عند الله يوم
النحر (رواه أبو داود)
“Sesungguhnya
hari yang paling besar bagi Allah adalah hari kurban”
Namun ada juga ulama yang berpendapat sebaliknya, yaitu
shalat idul fitri lebih utama dibandingkan shalat idul adha. Hujjahnya yaitu
perkataan Ulama salaf “Barangsiapa melaksanakan shalat idul fitri maka
seakan-akan dia melaksanakan ibadah haji, dan barangsiapa yang melaksanakan
shalat idul adha maka seakan-akan dia melaksanakan ibadah umrah”
Sedangkan Ibnul Maqri berpendapat
bahwa shalat idul fitri dan idul adha memiliki fadhilah yang sama.
Memperpendek (bacaan
surat) di shalat sunnah fajar (qobliyah shubuh) lebih utama dibandingkan
memperpanjang bacaannya. Hal ini berdasarkan hadits nabi yang
disandarkan pada Aisyah Rhadiyallahu ‘Anha, ia berkata “Rasulullah Sallallahu
‘alaihi wa sallam meringankan 2 rakaat shalat fajar sampai-sampai aku berkata
“Apakah engkau membaca surat Al-Fatihah?”
Adapun surat-surat yang sunnah
dibaca setelah membaca Al-Fatihah pada shalat sunnah fajar adalah surat
“Al-Baqoroh : 136” pada rakaat pertama dan surah “Ali Imran : 64” pada rakaat ke dua.
Sedangkan Syaikh Ibnu Hajar Al-Haitami berpendapat bahwa surat yang sunnah
dibaca adalah “Al-Insyiroh” dan “Al-Kaafirun” pada rakaat pertama, dan pada
rakaat kedua membaca surat “Al-fiil” dan “Al-Ikhlash”
Membaca surat
yang sempurna lebih baik dibanding surat potongan yang tidak sempurna meskipun surat tersebut lebih
panjang. Karena surat
sempurna yang pendek memuat awal dan akhir suratnya, berbeda dengan surat yang
hanya memuat potongan ayat. Kecuali pada shalat tarawih, maka membaca potongan
ayat tetap afdhol karena banyak orang yang menargetkan khatam quran pada dalam shalat tarawih.
Sebagian ulama berpendapat bahwa potongan surat lebih utama
dari surat pendek yang sempurna, sebagaimana keutamaan beberapa ayat Al-Quran
pada surat yang panjang. Namun, keutamaan ini apabila potongan surat itu dibaca
pada shalat tarawih, sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Ibnu Qosim. Keutamaan
ini apabila ia meniatkan
untuk mengkhatamkan Al-Qurán pada shalat tarawih dengan membaca
potongan-potongan ayat di setiap shalatnya dan apabila tidak meniatkan khatam,
maka surat pendek yang
sempurna lebih utama.
Referensi : Al-Fawaid Al-Janniyah karya Syaikh Ibnul Qoyyim AL-Jauziyah
Komentar
Posting Komentar