Langsung ke konten utama

Apa, Siapa dan Bagaimana Qorun?




Qorun merupakan salah satu nama yang Allah cantumkan kisahnya dalam Al-Qur’an. Qarun adalah seorang laki-laki kaya raya yang hidup pada masa Nabi Musa, ia juga merupakan sepupu dari Nabi Musa As. Meskipun ia saudara sepupu Nabi Musa, namun ia merupakan salah satu pembangkang sebagaimana yang tercantum dalam Al-Qur’an.

Qarun dikarunia harta yang berlimpah oleh Allah SWT, bahkan kunci-kunci gudang (harta)nya sangat berat dipikul, walaupun oleh orang-orang yang kuat. Pakar-pakar bahasa bahkan menggambarkan hingga orang yang memikul miring karena beratnya. Itu hanyalah kunci-kunci gudangnya saja, bagaimana dengan harta kekayaan yang ia miliki? Tentu sangatlah banyak dan berlimpah ruah.

Qarun hidup pada masa Nabi Musa, hal ini juga berarti bahwa ia hidup pula di masa kerajaan Fir’aun, bahkan ia juga merupakan salah satu pendukung yang menyokong Fir’aun pada masa itu, hal ini agar Qarun mendapat posisi yang strategis dalam bisnisnya. Qarun memang merupakan orang yang pandai dalam berbagai hal seperti ilmu pengetahuan agama, ilmu kimia, bebagai jenis usaha, cara-cara investasi yang menguntungkan dan jalur perdagangan internasional yang strategis. Maka tak heran bila Qarun memiliki harta yang berlimpah, namun kendatipun demikian sesungguhnya sang Maha Pemberi Rezeki lah yang memperkenankan harta-harta itu menjadi miliknya. Tanpa kehendak dan karunia Allah tentu Qarun tak akan bisa mendapatkan harta sedikitpun meskipun ia begitu pintar dan berusaha keras.

Qarun memiliki ilmu agama yang luas, bahkan ia merupakan ahli kitab Taurat setelah Nabi Musa dan Harun, namun Qarun tidak mensyukuri sedikitpun nikmat yang telah Allah beikan, ia menganggap bahwa harta kekayaan yang ia miliki semata-mata karena ilmu pengetahuan yang ia miliki bukan karena nikmat dari Allah SWT. Hal ini dikarenakan Qarun memiliki 4 pandangan, yaitu:
1.      Agama hanya urusan pribadi (sekuler)
2.      Kehormatan seseorang bukan karena ilmu melainkan harta benda (materialisme)
3.      Tidak ada idealisme, semuanya bisa dibeli dengan harta (pragmatisme)
4.      Mendukung siapa saja yang berkuasa (fir’aun)

Fir’aun merupakan raja yang terkenal otoriter, kejam, penindas dan melampaui batas, bahkan ia mengaku bahwa dirinya adalah tuhan. Ia menganggap bahwa ia yang paling berkuasa dan ia mampu menghidupkan dan mematikan seseorang (maksudnya ia menghendaki seseorang untuk dihukum mati atau membiarkannya hidup). 

Namun, Qarun ternyata merupakan salah satu konglomerat yang ikut menyokong kekuasaan Raja Fir’aun. Padahal ia merupakan saudara dari Nabi Musa dan ia mengetahui dan mengerti kitab, ia juga tentu mengetahui kisah-kisah umat tedahulu yang telah Allah binasakan karena kekufurannya, padahal mereka merupakan umat yang memiliki tubuh lebih besar dan harta yang lebih banyak dari Qarun, namun Qarun tetap tidak mensyukuri apa yang telah Allah berikan kepadanya. Hal ini dikarenakan ilmu memiliki 4 esensi yaitu kata, makna, rasa dan jiwa. Qarun hanya memiliki dua aspek saja yaitu kata dan makna, ia mampu memahami dan menguasai isi kitab taurat, namun ia tidak memiliki 2 aspek lainnya yaitu rasa dan jiwa, sehingga ia tidak mengamalkan ilmu itu pada kehidupan sehari-harinya. Maka, ilmu yang dimiliki Qarun hanyalah bagai sebuah pohon yang tak berbuah.

Kaumnya telah menasihatinya untuk tidak menyombongkan dan membanggakan diri, namun tak sedikitpun nasihat dari kaumnya itu dihiraukannya, ia justru semakin menjadi-jadi akan kesombongannya. Kemudian pada suatu hari, keluarlah Qarun dari rumah mewahnya dengan kemegahannya, sehingga membuat mata orang-orang yang mengharapkan kehidupan dunia begitu silau. Mereka kemudian berkata “Moga-moga kita memiliki harta yang berlimpah sebagaimana yang dimiliki Qarun, sesungguhnya Qarun benar-benar orang yang beruntung”. Namun orang yang memiliki ilmu menimpali mereka “Hei, celakalah kalian apabila kalian mengharapkan harta seperti yang dimiliki Qarun, sesungguhnya pahala Allah adalah jauh lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal shaleh, dan pahala itu tidak dapat diperoleh kecuali oleh orang-orang yang sabar”

Hingga kemudian kemurkaan Allah benar-benar datang, Allah mengadzab Qarun dengan longsor hingga ia terbenam bersama dengan harta kekayaannya ke dalam perut bumi, rumah mewah dan harta-harta yang ia miliki tak sedikitpun tersisa dan bahkan rata dengan tanah. Tidak ada satupun golongan yang mampu menyelamatkannya, baik keluarganya maupun kerabat atau temannya, harta yang dimilikinya tak sedikitpun mampu untuk menolongnya dan justru karena harta itulah ia ditenggelamkan dan tentu saja ia tak akan mampu menolong dirinya sendiri.

Setelah Qarun dibinasakan oleh Allah kemudian orang-orang yang pernah mengagumi Qarun dan harta kekayaannya menyesali apa yang telah mereka harapkan, mereka berkata “Aduhai, benarlah Allah melapangkan rezeki bagi siapa saja yang Dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya dan Dia menyempitkannya. Kalau Allah tidak melimpahkan karunia-Nya kepada kita pastilah Allah juga akan membenamkan kita, aduhai benarlah bahwa orang-orang kafir itu tidaklah beruntung”. 

Kemudian kejadian yang menimpa Qarun tersebut membuat mereka sadar bahwa sesungguhnya yang melapangkan rezeki adalah Allah SWT, apabila kita kufur maka bukan hal yang tak mungkin apabila kita ditimpa adzab sebagaimana yang ditimpakan Allah kepada Qarun.

Maka binasalah Qarun beserta harta-hartanya, hal ini dikarenakan kedurhakaannya dan kekufurannya, harta yang ia miliki bukanlah hanya karena pengetahuan yang ia miliki dan bukan hanya karena kerja kerasnya, melainkan hal ini merupakan kehendak dari Allah yang melapangkan rezekinya.

Di Mesir, tepatnya di kota Fayyuum, sekitar 60 km dari Cairo, dikenal satu tempat yang dinamai Buhairat Qarun, yakni danau Qarun. Konon disanalah lokasi perumahan Qarun dan di daerah itu pula ia ditelan bumi.

Sungguh malang nasib Qarun, harta kekayaan yang dimilikinya tidaklah bermanfaat baginya, bahkan harta itu yang menyebabkan ia lupa akan nikmat sehingga ia dibenamkan oleh Allah SWT, harta kekayaannya tak sedikitpun dapat menyelamatkanya, bahkan adzab dunia sudah begitu dahsyat, bagaimana dengan adzab akhirat yang akan diterimanya? Tentu saja adzab akhirat berkali lipat siksaannya.

Allah telah menetapkan rezeki bagi hamba-hambanya, Allah mengetahui mana orang yang apabila diberikan rezeki maka ia bersyukur dan Allah mengetahui mana orang yang apabila diberikan rezeki ia akan kufur, maka boleh jadi apabila kita ditakdirkan sebagai orang miskin hal itu karena Allah tidak ingin kita menjadi kufur karena limpahan rezeki yang akan membutakan kita. Maka sebesar atau sekecil apapun rezeki yang kita dapat janganlah kita lupa bahwa hal itu semata-mata karena rahmat dan nikmat dari Allah. Sebagaimana pada kisah Qarun, dengan adanya adzab itu menunjukkan bahwa rezeki yang ia dapat bukan hanya karena usaha dan kepandaian yang dimilikinya melainkan karena nikmat Allah SWT

Ada dua ujian dunia yang Allah berikan kepada manusia, yaitu keturunan dan harta, keduanya mampu membutakan hati manusia, bahkan orang yang berilmu dan shaleh sekalipun, sebagaimana yang terjadi kepada Qarun, ia merupakan orang yang berilmu namun hartanya mampu membutakannya.

Pada zaman sekarang manusia berbondong-bondong mencari harta dan mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya, bahkan seringkali orang-orang mencari harta dengan jalan yang batil seperti mencuri, merampok, mengurangi timbangan dll. Harta memang mampu membutakan mata hati seseorang. Orang yang miskin maupun kaya dapat menjadi kufur karena harta, orang miskin berusaha mendapatkan harta sebanyak-banyaknya meskipun terkadang didapatkannya dari jalan yang batil, orang-orang kaya juga menjadi kufur nikmat akan limpahan harta yang dimilikinya sehingga mereka lupa akan Allah, mereka lupa bahwa di dalam hartanya ada hak bagi orang-orang miskin. 

Bagaimanapun keadaan diri kita, hendaklah kita selalu bersyukur atas nikmat yang Allah berikan, karena sungguh Allah telah memberikan begitu banyak nikmat hingga kita tak akan mampu untuk menghitungnya. Semoga kita dapat mengambil hikmah dari kisah ini.

Wallahu a'lam bisshowab
           

Komentar

Postingan populer dari blog ini

As-Sam'iyyat

As-Sam’iyyaat Temen-temen pernah denger istilah As-sam’iyyat? Mungkin sebagian dari kita udah nggak asing lagi dengan istilah ini, As-Sam’iyyat merupakan perkara yang tidak dapat digambarkan dengan pancaindera manusia dan hanya dapat diketahui melalui al-quran dan al-hadis. Adapun perkara-perkara yang termasuk as-sam’iyyat adalah alam kubur, hari kiamat, malaikat, jembatan sirath, padang mahsyar, surga dan neraka. Bahkan, jin, dan setan juga merupakan perkara as-sam’iyyat karena kita tidak dapat melihatnya dengan kasat mata kecuali dengan kekuasaan Allah. Kita sebagai umat muslim wajib untuk meyakini akan adanya as-sam’iyyat walaupun hal tersebut hanya dapat kita dengar dari al-quran dan hadits. Dalil kewajiban beriman dengan perkara sam’iyat seperti yang Allah firmankan di dalam Al-quran : الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ “(yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebah

Ibnu Qutaibah dan Ilmu Musykil al-Qur’an: Dialektika antara Akal dan Teks

Pendahuluan Al-Qur’an telah diturunkan oleh Allah Swt dengan jelas dan terperinci, kandungannya benar dan jauh dari kesalahan. Apabila manusia yang membuat a l-Qur’an, tentu saja ada berbagai pertentangan di dalamnya. Sebagaimana firman Allah Swt dalam surat al -Nisa ayat 82: أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللَّهِ لَوَجَدُوا فِيهِ اخْتِلَافًا كَثِيرًا “ Maka apakah mereka tidak memperhatikan al- Qur ’ an? Kalau kiranya al- Qur ’ an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat i pertentangan yang banyak di dalamnya. ” (QS. Al-Nisa’: 82) Oleh karena itu, para ulama menggunakan kata “musykil” pada ilmu al-Qur’an ( musykil al-qur’an ), bukan mukhtalaf sebagaimana yang digunakan dalam pembahasan ilmu hadis ( mukhtalaf al-hadits ). Hal ini dikarenakan a l-Qur’an adalah haq , tidak ada pertentangan di dalamnya, berbeda dengan hadis yang masih bisa diperdebatkan. Meskipun demikian, tidak semua ayat a l-Qur’an dapat dipahami secara lang

Sunnah-Sunnah Sholat Menurut para Imam Madzhab

Shalat merupakan  kewajiban seorang muslim kepada Tuhannya, Allah. Ibadah inilah yang paling pertama akan dihisab di akhirat kelak, sebagaimana sabda Rasulullah Saw: إِنَّ أَوَّلَ مَايُحَاسَبُ بِهِ النَّاسُ بِهِ يَوْمَ القِيَامَةِ مِنْ أَعْمَالِهِمْ الصَّلاة “Sesungguhnya yang pertama kali akan dihisab dari amal perbuatan manusia pada hari kiamat adalah sholatnya.” Nah, sudahkah kita memahami betul perkara-perkara sholat? Kali ini saya akan berbagi sedikit ilmu yang pernah saya pelajari ketika belajar di TMI Pesantren Modern Daarul Uluum Lido dalam kitab “Al-Fiqhu ‘alaa Madzaahibil Arba’ah” (Imam Syafi’i, Imam Maliki, Imam Hanifah dan Imam Hanbali) karya Abdurrahman Al-Jaziri. Terkadang kita menyepelekan dan mengabaikan perkara-perkara sunnah dalam sholat, memang kita tidak berdosa jika meninggalkan perkara sunnah, namun hal ini tentu akan merugikan kita. Menurut Imam Syafi’i dan Hanbali Sesungguhnya barangsiapa yang meninggalkan sunnah-sunnah shalat, Allah SWT tidak membe