Langsung ke konten utama

Muslim, tapi kok malas mempelajari ilmu agama?


Kawan, kali ini ku ingin sampaikan keluh kesahku kepadamu.
Tentang apa yang terpendam di hati
Sungguh, ku tak pandai bicara
Tak dapat bertutur kata indah sehingga membuat orang terpesona.
Tak mampu pula mengutarakan pendapatku dengan sempurna.
Sehingga aku hanya mampu menuliskan apa yang kurasa.

Kehidupan di dunia hanya sementara, namun penuh misteri.
Kawan, pernahkah kau merenungkan sehari atau sejam atau bahkan satu menit saja tentang hakikat kehidupan ini? untuk apa kita dilahirkan? untuk apa kita hidup di dunia ini? Sehingga kemudian kita menangis dan meratapi betapa banyak waktu yang kita habiskan sia-sia.
Sungguh, apabila aku bisa memilih, aku lebih memilih untuk tidak pernah diciptakan dan tidak pernah dilahirkan di muka bumi ini. Karena, kehidupan ini sungguhlah kejam, sedang dunia akhirat dunia abadi, pertanggung jawaban atas amal perbuatan kita di dunia.
Namun kawan, Allah begitu pemurah berkehedak untuk menciptakan kita semua, hingga saat ini bukanlah penyesalan yang seharusnya menghantui, tetapi rasa syukur dan tunduk kepada Allah SWT. Tuhan pencipta alam semesta.
Kita adalah seorang juara.Ya, semenjak di dalam kandungan kita sudah mejadi juara. Karena kitalah bibit yang paling dahulu sampai ke ovum ibu dari ratusan bahkan ribuan bibit-bibit yang lain,  sehingga kita menjadi pemenang. Dan kitalah yang kemudian tumbuh menjadi zigot kemudian janin kemudian dilahirkan dan menjadi manusia yang sempurna.
Pada hakikatnya, penciptaan manusia memanglah sempurna, namun tidak ada manusia yang memiliki kesempurnaan rohani jasmani secara utuh, karena kesempurnaan hanyalah milik Allah.
Bagiku, orang yang paling beruntung adalah orang yang tak pernah dilahirkan di muka bumi ini, kemudian yang kedua orang-orang muslim yang hidup sezaman dengan Rasulullah, dan ia menjadi salah satu sahabat Rasul yang beriman kepada Allah. Dan orang-orang beruntung yang terakhir adalah orang yang meninggal pada usia muda. Jasmani dan rohaninya masih bersih tanpa noda, kelak mereka akan menjadi perhiasan-perhiasan surga. Ia akan menjadi mutiara bagi kedua orang tuanya.
Kawan, namun tak perlu bersedih, walaupun kita tak pernah menatap Rasul namun kita tetap bisa menjadi umatnya, umatnya yang mengamalkan sunnah-sunnahnya, umatnya yang akan dikenal olehnya walaupun Ia tak pernah melihat wajah kita. Kau tahu dengan apa agar Rasulullah mengenal kita? Ya, dengan mengamalkan sunnah-sunnahnya, dengan banyak bersholawat kepadanya. Maka kawan, marilah kita perbanyak amalan sunnah di masa hidup kita, selagi nafas masih berhembus, selagi mata masih melihat, selagi jasmani masih sempurna.
Kawan, sungguh hatiku terisis tatkala kalian mengucapkan “Kenapa sih harus ada pelajaran agama?”
Astaghfirullah, aku sungguh prihatin, melihat tanggapan kalian yang sama sekali tidak antusias mempelajari  masalah agama?
Kawan, pernahkah kau merenung untuk apa hidup ini?
Pernahkah kau merenung apa agama kita?
Pernahkah kau merenung siapa Tuhan kita?
Pernahkah kau merenung kawan? Pernahkah?
Tidakkah kalian menyadari bahwa kita hidup untuk beribadah? Tidakkah kalian menyadari bahwa agama kita adalah islam? Tidakkah kalian menyadari bahwa Tuhan kita adalah Allah? Tidakkah kalian menyadarinya kawan?
Lalu, mengapa kalian mengeluh tatkala kita harus mempelajari pelajaran agama? Mengapa kalian tidak bersemangat untuk mempelajari pelajaran agama? Padahal tujuan hidup kita adalah ibadah, maka pelajaran agama itu harus kita ketahui agar ibadah yang kita lakukan sesuai dengan ajaran islam. Agar ibadah yang kita jalani bukanlah suatu amalan biasa, melainkan ibadah yang karena kita mengetahui sebab dan tujuannya. Janganlah memegang prinsip “taqlid” yang beribadah hanya karena ikut-ikutan, tetapi jadilah “muttabi’” yang beribadah karena kita tahu alasan ibadah, meskipun kita tak mampu untuk menjadi mujtahid. Orang yang taqlid hanya beribadah karena ikut-ikutan, sedangkan ia tak mengerti untuk apa ia beribadah, tidakkah kalian takut jika ibadah yang kalian lakukan sia-sia? Tak dibalas dengan pahala, tak bernilai apa-apa, atau bahkan malah menjadi bumerang bagi kita untuk masuk neraka, Astaghfirullah, semoga Allah menjauhkan kita dari itu semua. Na’uudzubillahi min dzaalik.
Kemudian pernahkah kalian menyadari? banyak waktu kita terbuang sia-sia untuk bercengkrama membicarakan kejelekan-kejelekan orang lain, untuk sekedar bermain game, untuk berfoya-foya mengahabiskan uang dengan mencoba berbagai hidangan yang lezat, menghambur-hamburkan uang untuk kehidupan dunia semata.
Kawan, bukankah Allah berfirman dalam Al-Qur’an?
ÎŽóÇyèø9$#ur ÇÊÈ   ¨bÎ) z`»|¡SM}$# Å"s9 AŽô£äz ÇËÈ   žwÎ) tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qè=ÏJtãur ÏM»ysÎ=»¢Á9$# (#öq|¹#uqs?ur Èd,ysø9$$Î/ (#öq|¹#uqs?ur ÎŽö9¢Á9$$Î/ ÇÌÈ  
1. demi masa.
2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,
3. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.

Tidakkah kalian bergetar membaca ayat-ayat itu kawan?
Bukankah ayat itu merupakan sindiran bagi kita yang merugi, yang hanya menyia-nyiakan waktu?
Sungguh Allah telah mengetahui apa yang akan terjadi di kemudian hari, Allah mengetahui kelalaian-kelalaian yang akan dilakukan hamba-Nya. Maka, berimanlah kepada kitab-Nya, yang telah diturunkan kepada kekasih-Nya Nabi Muhammad SAW.
Kawan, kemudian pernahkan kalian merenungi tentang agamamu, sejauh apa pengetahuanmu tentang agamamu?
Apabila hidup hanyalah untuk beribadah? lalu salahkah pekerjaan yang kita lakukan saat ini?
Apakah kita harus menghabiskan waktu kita sepanjang hari untuk beribadah? Tanpa bekerja? Melupakan hak-hak untuk diri kita, melupakan hak-hak kita kepada orang lain?
Jawabannya tidak kawan, segala sesuatu yang kita lakukan dapat bernilai ibadah apabila kita meniatkannya hanya untuk Allah SWT, bahkan dari amalan yang terkecil sekalipun seperti makan, minum, mandi dll. Maka tak salah apabila Allah menciptakan manusia dengan tujuan untuk beribadah, sebagaimana yang telah termaktub di dalam kitab suci yang mulia :
$tBur àMø)n=yz £`Ågø:$# }§RM}$#ur žwÎ) Èbrßç7÷èuÏ9 ÇÎÏÈ  
56. dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. (QS. Adz-Dzariyat 56)
Kawan, justru kurang tepat apabila kita hanya menghabiskan hidup kita untuk ibadah-ibadah yang hanya melibatkan diri kita dengan Tuhan, kita hanya sholat sepanjang hari, berpuasa dan berdzikir sepanjang hari tanpa memikirkan istri dan anak, tanpa memikirkan hak tubuh kita yang memerlukan istirahat, tanpa memikirkan hak perut kita yang membutuhkan asupan makanan, tanpa memikirkan hak-hak orang lain. Maka, baiknya kita bekerja, berlajar dan bersosialisasi dengan manusia.
Disebutkan dalam suatu hadits bahwa orang yang menuntut ilmu lebih utama dari pada ibadah-ibadah sunnah. Nabi Muhammad SAW bersabda :
عن ابن عباس، قال قال رسول الله صلى الله عليه وآله وسلم: " طلب العلم أفضل من الصلاة والصيام النافلة، والحج والجهاد في سبيل الله عز وجل "

Dari Ibnu Abbas beliau berkata, Rasulullah shallahu ‘alaih wasallam bersabda, “menuntut ilmu lebih afdhal (lebih mulia) dari ibadah shalat dan puasa yang hukumnya sunnah, begitu juga  dari ibadah haji dan  berjihad di jalan Allah.”  (اHadits ini di sebutkan dalam kitab al Amalii asy Syajariah. hal. 47.)

Jadi, menuntut ilmu merupakan ibadah yang sangat besar pahalanya, tetapi dengan syarat jika ilmu itu kita pelajari hanya karena Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda:
عن أبى هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَنْ تَعَلَّمَ عِلْمًا مِمَّا يُبْتَغَى بِهِ وَجْهُ اللهِ تَعَالَى, لاَيَتَعَلَّمُهُ إِلاَّ لِيُصِيْبَ عَرَضًا مِنَ الدُّنْيَا لَمْ يَجِدْ عَرْفَ الجَنَّةِ يَوْمَ القِيَامَةِ (أخرجه أبو داود وابن ماجه)
Barangsiapa mempelajari suatu ilmu yg seharusnya karena Allah Azza Wa Jalla, namun ia tak mempelajarinya kecuali untuk mendapatkan sebagian dari dunia, maka ia tak akan mendapatkan baunya Surga pada Hari Kiamat.
Bahkan dalam surat At-Taubah Allah SWT berfirman :
* $tBur šc%x. tbqãZÏB÷sßJø9$# (#rãÏÿYuŠÏ9 Zp©ù!$Ÿ2 4 Ÿwöqn=sù txÿtR `ÏB Èe@ä. 7ps%öÏù öNåk÷]ÏiB ×pxÿͬ!$sÛ (#qßg¤)xÿtGuŠÏj9 Îû Ç`ƒÏe$!$# (#râÉYãŠÏ9ur óOßgtBöqs% #sŒÎ) (#þqãèy_u öNÍköŽs9Î) óOßg¯=yès9 šcrâxøts ÇÊËËÈ  
122. tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. (QS- At-Taubah:122)

Berjihad merupakan amalan yang sangat besar pahalanya, bahkan Rasulullah memerintahkan seluruh umatnya yang laki-laki (yang mampu) untuk berjihad, tetapi dalam ayat itu Allah berfirman bahwa tak sepatutnya semua orang mukminin itu berjihad, melainkan ada sebagian mikmin yang pergi untuk menuntut ilmu. Memang pengertian jihad tidak bisa digunakan secara menyeluruh. Bagi laki-laki yang kuat fisiknya, pemberani dan aktif namun kepandaiannya kurang, maka lebih utama baginya untuk berjihad, namun bagi laki-laki yang lemah penakut namun cerdas maka lebih utama baginya untuk menuntut ilmu, karena kelak ilmunya itu akan bermanfaat bagi umatnya, dan ilmu yang akan mengantarkan seseorang kepada pengetahuan akan kebesaran Tuhannya, Maka dari itu, keutamaaan menuntut ilmu sangatlah besar.
Kawan, janganlah merasa bahwa ilmu kita telah cukup sehingga kita tak lagi mau mempelajari pelajaran agama, atau janganlah berfikir bahwa tiada guna mempelajari pelajaran agama karena tidak ada hubungannya dengan pekerjaan kita kelak, anggapan itu sangat salah kawan, sungguh kita merupakan orang yang merugi jika beranggapan seperti itu.
Jangan berfikir bahwa hanya dengan mengetahui rukun islam dan rukun iman maka keislaman kita telah sempurna. Sudahkah kita mengamalkan rukun-rukun tersebut dalam kehidupan kita?
Banyak orang yang berkata bahwa ia beriman kepada Allah, namun sudahkah kewajibannya kepada Allah dipenuhi?
Kemudian banyak orang yang mengatakan bahwa ia beriman kepada Malaikat-malaikat Allah, namun, sudahkah ia beriman? Bukankah ada malaikat yang selalu mencatat amal perbuatan kita di kanan dan kiri kita? hingga tak satupun perkataan yang kita ucapkan dan perbuatan yang telah kita lakukan luput dari pencatatannya, namun, kita masih sering bermaksiat dan bermaksiat, apakah orang seperti itu sudah dapat dikatakan beriman?
Sudahkah kita beriman kepada kitab Allah apabila kita tak membacanya? Tak mengamalkannya? Atau malah mendustakannya?
Sudahkah kita beriman kepada kepada Rasul jika kita tak mengerjakan sunnah-sunnahnya?
Sudahkah kita beriman kepada hari kiamat?
Sudahkah kita beriman kepada qodho dan qodar?
Apakah kita sudah dapat dikatakan beriman kawan?
Bahkan kalaupun kita sudah percaya diri bahwa ibadah yang kita lakukan sudah benar dan sesuai dengan ajaran islam, itu belum tentu amal ibadah yang benar, karena bisa jadi terselip riya dalam niat, hanya ingin dilihat orang dan lain sebagainya.
Oleh karena itu  kawan, marilah merenung sejenak tentang kehidupan ini, apakah kita telah mengamalkan rukun-rukun islam dengan baik? Apakah kita telah beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, dan kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, hari kiamat dan qodho serta qodar?
Sudahkah kawan?
Sungguh keimanan kita bagaikan seutas rambut yang begitu tipis dibandingkan keimanan Rasul, bahkan dibandingkan dengan keimanan sahabat-sahabat Rasul.
Marilah kita perbaiki niat, niatkan segala amal perbuatan kita hanya untuk Allah semata, niatkan ibadah kita murni karena mengharapkan ridho dari Allah SWT. Allah mengetahui apa yang ada di dalam hati kta J
Wallau a’lam bis-showaab.





Komentar

Postingan populer dari blog ini

As-Sam'iyyat

As-Sam’iyyaat Temen-temen pernah denger istilah As-sam’iyyat? Mungkin sebagian dari kita udah nggak asing lagi dengan istilah ini, As-Sam’iyyat merupakan perkara yang tidak dapat digambarkan dengan pancaindera manusia dan hanya dapat diketahui melalui al-quran dan al-hadis. Adapun perkara-perkara yang termasuk as-sam’iyyat adalah alam kubur, hari kiamat, malaikat, jembatan sirath, padang mahsyar, surga dan neraka. Bahkan, jin, dan setan juga merupakan perkara as-sam’iyyat karena kita tidak dapat melihatnya dengan kasat mata kecuali dengan kekuasaan Allah. Kita sebagai umat muslim wajib untuk meyakini akan adanya as-sam’iyyat walaupun hal tersebut hanya dapat kita dengar dari al-quran dan hadits. Dalil kewajiban beriman dengan perkara sam’iyat seperti yang Allah firmankan di dalam Al-quran : الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ “(yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebah

Ibnu Qutaibah dan Ilmu Musykil al-Qur’an: Dialektika antara Akal dan Teks

Pendahuluan Al-Qur’an telah diturunkan oleh Allah Swt dengan jelas dan terperinci, kandungannya benar dan jauh dari kesalahan. Apabila manusia yang membuat a l-Qur’an, tentu saja ada berbagai pertentangan di dalamnya. Sebagaimana firman Allah Swt dalam surat al -Nisa ayat 82: أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللَّهِ لَوَجَدُوا فِيهِ اخْتِلَافًا كَثِيرًا “ Maka apakah mereka tidak memperhatikan al- Qur ’ an? Kalau kiranya al- Qur ’ an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat i pertentangan yang banyak di dalamnya. ” (QS. Al-Nisa’: 82) Oleh karena itu, para ulama menggunakan kata “musykil” pada ilmu al-Qur’an ( musykil al-qur’an ), bukan mukhtalaf sebagaimana yang digunakan dalam pembahasan ilmu hadis ( mukhtalaf al-hadits ). Hal ini dikarenakan a l-Qur’an adalah haq , tidak ada pertentangan di dalamnya, berbeda dengan hadis yang masih bisa diperdebatkan. Meskipun demikian, tidak semua ayat a l-Qur’an dapat dipahami secara lang

Sunnah-Sunnah Sholat Menurut para Imam Madzhab

Shalat merupakan  kewajiban seorang muslim kepada Tuhannya, Allah. Ibadah inilah yang paling pertama akan dihisab di akhirat kelak, sebagaimana sabda Rasulullah Saw: إِنَّ أَوَّلَ مَايُحَاسَبُ بِهِ النَّاسُ بِهِ يَوْمَ القِيَامَةِ مِنْ أَعْمَالِهِمْ الصَّلاة “Sesungguhnya yang pertama kali akan dihisab dari amal perbuatan manusia pada hari kiamat adalah sholatnya.” Nah, sudahkah kita memahami betul perkara-perkara sholat? Kali ini saya akan berbagi sedikit ilmu yang pernah saya pelajari ketika belajar di TMI Pesantren Modern Daarul Uluum Lido dalam kitab “Al-Fiqhu ‘alaa Madzaahibil Arba’ah” (Imam Syafi’i, Imam Maliki, Imam Hanifah dan Imam Hanbali) karya Abdurrahman Al-Jaziri. Terkadang kita menyepelekan dan mengabaikan perkara-perkara sunnah dalam sholat, memang kita tidak berdosa jika meninggalkan perkara sunnah, namun hal ini tentu akan merugikan kita. Menurut Imam Syafi’i dan Hanbali Sesungguhnya barangsiapa yang meninggalkan sunnah-sunnah shalat, Allah SWT tidak membe